KAB. BANDUNG, (BR).- Bupati Bandung Dadang Supriatna didampingi Kadis PUTR, Kepala BPBD, Camat dan stakeholder terkait lainnya, melakukan peninjauan langsung ke beberapa titik lokasi pergerakan tanah di 3 kecamatan di Kabupaten Bandung.
Tiga wilayah yang mengalami pergerakan tanah itu terjadi di Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey, dan Rancabali atau dikenal dengan sebutan wilayah Pacira.
“Pergerakan tanah ini karena di daerah lembahnya terlalu curam. Kita cari solusinya,” kata Dadang Supriatna saat meninjau lokasi bencana longsor di Kampung Ciawul RT 03/20 Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu, Sabtu (02/12/2022) sore.
Sebagai informasi, kejadian bencana di wilayah Pacira itu terjadi di beberapa lokasi. Di Kecamatan Pasirjambu, setidaknya terdapat 3 desa yang mengalami pergerakan tanah. Tiga desa itu yakni di Desa Cibodas, Cisondari, dan Tenjolaya.
Kemudian di Kecamatan Rancabali tepatnya di Desa Cipelah terjadi penurunan kontur tanah sempadan jalan. Kejadian ini sudah mendapat penanganan dari DPUTR Kabupaten Bandung.
Sedangkan di wilayah Kecamatan Ciwidey, terjadi luapan air di wilayah perbatasan antara Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Bandung Barat. Luapan air ini sempat menggenangi beberapa kawasan di sekitarnya dengan ketinggian air mencapai 20 sentimeter.
Terkait longsor yang berpotensi terjadi pada fase musim hujan ini, Dadang Supriatna menginstruksian para camat dan kepala desa segera menginventarisir rumah-rumah yang rawan terancam longsor di semua desa. Termasuk di Kecamatan Pasirjambu maupun di daerah lainnya di Kabupaten Bandung.
Dadang mengimbau agar warga yang menempati rumah terancam longsor di Kampung Ciawul Desa Cisondari itu, segera mengungsi terlebih dahulu ke rumah sanak keluarganya. Hal ini untuk mengantisipasi kejadian serupa.
“Rumah yang rawan terancam longsor, jangan sampai dijadikan tempat tinggal atau hunian,” kata Kang DS, panggilan akrab Dadang Supriatna.
Selanjutnya tutur Kang DS, kalau sudah terjadi longsor dan menimbulkan kerugian bagi warga, nanti pemerintah yang disalahkan. “Kita berharap Pak RT, Pak RW, dan Pak Kades, untuk memperhatikan hal ini,” katanya.
Kang DS pun berharap di lokasi longsor bagian TPT di jalan gang itu untuk dilakukan assesment. Ke depan dalam proses pembangunan kembali TPT itu, kata Kang DS, lebar bawah TPT 180 sentimeter dan lebar atas 160 sentimeter atau disesuaikan kontruksinya.
Kontruksi pembangunan TPT itu, kata bupai, harus ada kemiringan. Bukan seperti kontruksi sebelumnya mencapai 90 derajat, sehingga rawan terjadi gerakan tanah.
“Rumah-rumah yang mengalami kerusakan akan diperbaiki. Nanti di assesment, berapa anggaran yang dibutuhkan untuk perbaikan rumah yang mengalami kerusakan akibat longsor tersebut,” tutur Kang DS.
Dalam kunjungannya di lokasi longsor, Kang DS mengintruksikan kepada pemerintah desa maupun kecamatan untuk mengevaluasi atau menginventarisir rumah-rumah yang rawan bencana longsor dan banjir di setiap desanya. Banjir merupakan musibah yang rutin terjadi di Kabupaten Bandung.
“Jangan sampai ada kejadian lanjutan atau kejadian serupa,” katanya.
Bupati Bandung berharap pelaksanaan assesment bisa dilanjutkan secara teknis dan bisa ditangani dalam waktu yang singkat.
Bencana yang terjadi di wilayah Pacira ini terjadi pada saat para kepala desa sedang mengikuti pesantren kilat di Pondok Pesantren International As Syifa. (BR 12/22/17)
Discussion about this post