BANDUNG, (BR.NET).- Bupati Bandung Dadang Supriatna berang serta mengungkapkan kekecewaannya terhadap perusahaan terutama pabrik-pabrik industri besar di Kecamatan Dayeuhkolot yang belum berkontribusi maksimal dalam menyelesaikan permasalahan banjir di kawasan Dayeuhkolot.
Hal tersebut disampaikan Bupati Dadang Supriatna dalam Rakor Sinergitas Pelaksanaan Program Pentahelix terkait Penanganan Banjir di Wilayah Dayeuhkolot Kabupaten Bandung di Gedung BBS Kecamatan Dayeuhkolot, Selasa (11/11/2025).
Bupati yang akrab disapa Kang DS itu berharap Kecamatan Dayeuhkolot akan memasuki babak baru dalam percepatan penanganan banjir, jika konsep kolaborasi pentahelix dengan berbagai elemen masyarakat Dayeuhkolot dapat dilaksanakan dengan serius.
“Urusan banjir ini tidak bisa hanya mengandalkan APBD saja, tapi akan lebih cepat penanganannya jika kita berkolaborasi dengan BBWS, PSDA Jabar, pihak swasta atau perusahaan dan unsur masyarakat lainnya,” ujar Kang DS.
Oleh karena itu, Bupati Bandung mengajak perusahaan-perusahaan di Dayeuhkolot untuk ikut berkontribusi membantu pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan banjir yang kerap menerjang sejumlah desa di Kecamatan Dayeuhkolot melalui konsep kolaborasi pentahelix.
“Banjir bukan urusan pemerintah saja, termasuk pengusaha juga harus peduli. Kan mereka punya CSR. Karena kalo banjir, bukan hanya masyarakat yang merasakan, mereka juga terkena dampaknya,” tambahnya.
“Saya juga bisa marah. Tapi bukan tipikal saya harus marah-marah. Saya hadir di sini untuk bersama-sama mencari solusi. Para pengusaha juga jangan picik pikirannya. Ini kewajiban kita bersama untuk menyelesaikan masalah banjir ini,” kata Bupati Bedas.
Konsep kolaborasi pentahelix ini kembali dipilih Bupati Bandung Dadang Supriatna karena dinilai efektif dan berhasil. Sebelumnya, program kolaborasi pentahelix ini sukses diterapkan dalam penanganan banjir di kawasan Rancaekek, Solokanjeruk dan Cidawolong Majalaya.
Ia mencontohkan, Pemkab Bandung dapat menyelesaikan persoalan banjir menahun di Rancaekek dan Majalaya tanpa sama sekali menggunakan APBD. Salah satunya karena para pengusaha di sana peduli dan ikut berkontribusi membantu pemerintah dalam menyelesaikan persoalan banjir.
Pada kesempatan tersebut, delapan strategi percepatan penanganan banjir Dayeuhkolot telah disiapkan Kang DS diantaranya normalisasi saluran drainase Jalan Moh Toha-Dayeuhkolot, normalisasi folder Babakan Sangkuriang, pengerukan saluran lingkungan Bojongasih, pengerukan connecting drainase Bojongasih.
Selain itu, program selanjutnya adalah pengerukan Sungai Cipalasari, pengadaan pomoa kapasitas 1.500 liter/detik, pengerukan aliran sungai Cipalasari dan normalisasi saluran Desa Dayeuhkolot.
Jika ditotalkan, anggaran yang dibutuhkan untuk penanganan banjir Dayeuhkolot tahap pertama ini memerlukan anggaran sekitar Rp 9,5 miliar dan rencananya percepatan penanganan banjir Dayeuhkolot ini akan dimulai pada Januari 2026.
“Jadi perusahaan harus ada kontribusi. Saya selama ini tidak pernah minta apa-apa ke pabrik. Tapi ini demi kepentingan rakyat saya, masyarakat Dayeuhkolot. Saya minta perusahaan harus berkontribusi. BBWS juga harus turun. Jangan APBD kami terus. Dengan konsep pentahelix, mudah-mudahan bisa selesai,” tutur Kang DS.
Saya ingin menyelesaikan banjir Dayeuhkolot yang tidak selesai-selesai. Intinya kita semua sepakat ingin banjir Dayeuhkolot ini terus berkurang dan akhirnya enggak banjir lagi, Jadi kalau perusahaan tidak berpartisipasi, itu enggak tahu malu. Itu bukan untuk saya, tapi untuk masyarakat saya,” tutup Kang DS. (Awing)













Discussion about this post