KAB. BANDUNG (BR).- Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip), menggelar sosialisasi peningkatan kapasitas tenaga perpustakaan, pustakawan dan taman bacaan masyarakat (TBM), Selasa (29/11/2023).
Sosialisasi tersebut digelar di Cafe Heyho Cluster Ruko Crysan Chery Field Matahari Land Jalan Ciganitri No 88 Desa Lengkong Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung.
Sebanyak 25 dari 92 pengelola TBM di Kabupaten Bandung menghadiri sosialisasi tersebut. Beberapa TBM itu di antaranya sudah memiliki usaha kecil dan menengah (UKM) sambil pengelolaan TBM tersebut.
Selain dari TBM Jawa Barat, juga hadir tenaga ahli dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Bandung. Kehadirannya dalam sosialisasi itu memberikan materi dan edukasi membuat kemasan produk UKM yang dihasilkan para pengelola TBM bisa berkualitas dan mampu bersaing di pasaran.
Bupati Bandung Dadang Supriatna melalui Kepala Dispusip Kabupaten Bandung Teguh Purwayadi mengatakan, sosialisasi yang ia gelar itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelola TBM dan pustakawan di Kabupaten Bandung.
“Berdasarkan data, TBM di Kabupaten Bandung ini ada 92 TBM. Sedangkan yang hari ini kita libatkan dulu 25 TBM. Sisanya dilanjutkan pada 2024,” kata Teguh didampingi Kabid Pelayanan Perpustakaan Dispusip Kabupaten Bandung Firman Nugraha dalam keterangannya di sela-sela pelaksanaan sosialisasi tersebut.
Menurut Teguh, kegiatan sosialisasi ini melibatkan TBM, pihaknya berusaha untuk bertransformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Kemudian, lanjut Teguh, mereka bisa berkolaborasi di TBM-TBM tersebut dengan masyarakat setempat yang seyogyanya dia punya keahlian. Seperti keahlian perbengkelan dan keahlian lainnya.
“Nanti kita akan kolaborasikan dengan dinas terkait, yang pada hari ini kita berkolaborasi dengan Disperdagin. Tujuannya untuk bisa memberikan nuansa bisnis melalui inklusi sosial ini bagaimana cara mengemas produk-produk UKM yang ada di masing-masing wilayahnya,” tuturnya.
Jadi, kata Teguh, TBM ini tidak hanya untuk bisa membaca, menulis dan berhitung saja. Tapi bisa berinklusi sosial.
Ia mengungkapkan, 92 TBM yang ada di Kabupaten Bandung itu tidak semuanya memiliki usaha mandiri di lingkungan TBM-tersebut. Meski demikian, katanya, Dispusip ingin menggerakkan bahwa sekarang TBM ini, bagi relawan tidak hanya kapasitasnya untuk menunggu buku saja.
“Tapi mereka juga harus bisa berworausaha,” katanya.
Teguh berharap, dengan adanya usaha yang dilakukan para pengelola TBM itu, bisa menguatkan keberadaan TBM di wilayahnya masing-masing.
Salah satu contoh di Cimaung Kabupaten Bandung, ada TBM bernama Sehati yang dikelola Mang Yayat, warga setempat.
“Dia berjualan tahu sambil memberikan inklusi sosial membaca buku bagi masyarakat setempat. Jadi dia selain memberikan minat baca kepada masyarakat, dia pun sambil jualan tahu,” ujarnya.
Kemudian, kata Teguh, ada salah satu TBM di Pangalengan. Selain memberikan minat baca kepada masyarakat, TBM ini juga sambil berjualan produk UMKM Kabupaten Bandung yang ada di Pangalengan, seperti jamu dan lain-lain.
Teguh mengaku optimistis pada 2024 mendatang, TBM di Kabupaten Bandung akan bertambah dari saat ini.
“Saya optimistis, sekarang dengan era digitalisasi. Walau era digitalisasi sekarang semakin cepat, tapi mau atau tidak mau buku pun menjadi dasar untuk keperluan kita sehari-hari,” ujarnya.
Menurutnya, tidak semuanya ada di dalam digitalisasi. Buku itu jadi pedoman dasar untuk minat bacakan masyarakat.
“Kita coba nanti di 2024, minimal setiap warga masyarakat Kabupaten Bandung bisa membaca buku dalam satu hari satu jam,” ujarnya.
Selain membaca, lanjutnya, mereka memberikan informasi apa yang telah mereka baca. “Jadi contoh, kita dalam satu jam misalnya membaca Alquran, jelaskan apa yang sudah didapat dari membaca Alquran dalam satu jam tersebut,” katanya
“Untuk menguatkan TBM itu, Dispusip berinisiasi bahwa TBM itu harus memiliki jiwa wirausaha dan berinklusi sosial,” Teguh menambahkan. (BR-17)
Discussion about this post