Kab Tasikmalaya (BR).- Puluhan komunitas penggiat budaya dan seni sunda termasuk tokoh masyarakat yang ada di Kota/Kabupaten Tasikmalaya menghadiri acara bertajuk “SAWALA BUDAYA BRI TASIKMALAYA,” Jumat (8/7/2022).
Dalam kesempatan ini hadir tokoh nasional dan juga tokoh budaya sunda yang juga mantan Kapolda Jabar Irjen Pol (Purn) Dr. H.Anton Charliyan,MPKN, Plt Kepala Dinas Indag Kabaupaten Tasikmalaya Iwan Ridwan,S.IP,UMP, mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya Ir Safari Agustin, Kepala BRI Kacab Kota Tasikmalaya, Ketua KADIN Kab.Tasikmalaya H Cecep , Ketua MPC Pemuda Pancasila Dani Fardian,S.IP yang juga anggota DPRD Kab.Tasikmalaya , Ketua Program Pasca Sarjana Unsil Dr Ade Komaludin dan tamu undangan lainnya.
Ketua Panitia Dicky Z. Sastradikusumah kepada bandungraya.net mengatakan, Insya Alloh, acara Sawala Budaya ini akan rutin diselenggarakan setiap bulan yang difasilitasi bank BRI Tasikmalaya dan Rumah BUMN.
“Tujuan digelarnya Sawala Budaya & Spirit kebangsaan di Tatar Sunda kali ini, ialah untuk mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan kepada masyarakat,”ujarnya.
Ditempat yang sama, Anton Charliyan yang akrab disapa Abah Anton, sebagai Penggagas acara bertajuk “Sawala Budaya BRI Tasikmalaya”, sangat berterima kasih dan apresiasi setinggi-tingguinya serta mengacungkan 2 jempol, kepada Kepala Kantor Cabang BRI Kota Tasikmalaya yang telah memfasilitasi acara tersebut. Hal ini merupakan pertama kali dalam sejarah pihak perbankan mau peduli terhadap budaya di Tasikmalaya.
Abah Anton membahas berbagai persoalan, terutama kaitannya dengan Rahasia dari “Amanat Galunggung” khususnya dalam menjaga keutuhan NKRI.
“Jangan sampai masyarakat kita satu sama lain mudah diadu domba yang merupakan salah satu kelemahan fundamental masyarakat Sunda & Indonesia. Yang saat ini bukan hal yang aneh sering kita lihat diberbagai media, satu sama lain saling nyinyir menyindir, saling berteriak dengan lantang dan saling menjelek-jelekan,” tegas Abah Anton.
Masih dikatakan Abah Anton, hal itu sudah ada dalam Amanat Galunggung (AG) yang dibuat sekitar 900 tahun lalu, yang merupakan pantrangan atau larangan bagi seorang pemimpin dalam cara memerintah, yakni: Mulah kwanta (jangan berteriak), Mulah majar laksana (jangan menyindir), Mulah madahkeun pada jalma (jangan menjelekkan orang lain) Mulah sabda ngapus (jangan berbohong).
Kemudian pada Naskah AG versi VI mengungkap pantangan sebagai pemimpin dalam ilmu wujud air “patanjala”, bahwa seorang kesatria sunda sejati, Jangan mudah terpengaruh; Jangan peduli terhadap godaan, jangan dengarkan ucapan yang buruk dan menghasut , karena bantak negara hancur sebagaimana terjadi di Timur tengah seperti Lybya, Iraq Syiria , Afganistan.
Negara jadi hancur karena rakyatnya terhasut menjelek-jelekan negaranya sendiri. Bahkan ada amanat khusus pada naskah amanat galunggung yang menitik beratkan pada arti penting cinta tanah air. Yakni, agar para ksatria, para generasi muda kader penerus bangsa mampu mempertahankan tanah leluhurnya (kabuyutan), mampu mempertahankan tanah airnya jangan sampai terkuasai oleh orang asing atau para kapitalis.
Bahkan karena dianggap sangat penting sikap untuk mempertahankan tanah air ini, sampai-sampai ada sumpah atau amanat khusus dari seorang Raja Galuh Prabu Darma Siksa (abad XII) bagi para penerusnya, bila tidak mampu mempertahankannya. Maka ia dikatakan lebih hina dari bangkai yang paling busuk yang ada di tempat sampah.
Yakni:
Jaga direbutnya / dikuasainya tanah leluhur oleh orang lain (Jaga beunangna kabuyutan ku sakalih).
Akan banyak para pedagang yang ingin merebut tanah leluhur (Banyaga nu dek ngarebut kabuyutan).
Yakni orang-orang asing yang ingin merebut tanah leluhur (Asing iya nu meunangkeun kabuyutan).
Lebih berharga kulit musang ditempat sampah daripada Rajaputra tidak mampu mempertahankan tanah leluhur yang direbut orang lain (Mulyana kulit lasun di jaryan, modalna rajaputra antukna beunang ku sakalih).
Sebagai warga Nusantara, khususnya masyarakat Sunda, terutama semua yang lahir di kaki Gunung Galunggung agar kembali mengikuti pesan-pesan penting sebagai warisan leluhur yang tercatat pada Amanat Galunggung, terutama kaitannya dalam menjaga keutuhan NKRI.
“Kita jangan mau lagi diadu domba yang sudah nyata pasti akan merusak tatanan kehidupan masyarakat, dan keutuhan NKRI,” ajak Abah Anton.
Dia juga menjelaskan, bahwa Galunggung yang dikenal denga filosofinya, “Galunggung Ngadeg Tumenggung ,Sukapura ngadaun ngora, kalimat ini mengisyaratkan bahwa raja-raja sunda baru syah menjadi seorang raja bila sudah direstui para rama dan resi yang ada di Galunggung.
Galunggung tempat Pangistrenan Raja-raja di tatar Sunda. Bahkan lebih jauh dikatakan Lamun KiSunda hayang Nanjung kudu boga pulung ti Galunggung, Can sampurna jadi Kisunda mun can nganjang ka Galunggung , can ngagelar di batu ampar, can dzikir di Walahir.
Makanya menurut Naskah Pragmen Carita Parahyangan Galunggung dikatakan sebagai Taraju nya (Pasak, Puser , Pusat, Penyeimbang ) Jawa Dwipa (Nusantara)
Bahkan menurut naskah sunda kuno yang lain yaitu kitab Purusangkara, Galunggung merupakan salah satu tempat persinggahan Kapal Nabi Nuh saat terjadinya Banjir besar.
Sehingga muncul artikulasi galunggung itu sendiri yang identik dengan GALUH HYANG AGUNG , atau GALUH NUH AGUNG sebagai persinggahan Nabi Nuh yakni yang bergelar Maha Guru Rasi Pu Hun Galuh Hyang Agung.
Pada saat itu, Anton sebagai tokoh masyarakat Jabar yang dikenal juga sebagai penggiat Anti Intoleran dan Radikalisme ini menyampaikan, bahwa saat ini yang namanya Nasionalisme Ki Sunda kembali sedang dipertanyakan, karena menurut kajian lembaga survey Wahid Institute, Jabar merupakan Wilayah terintoleran selama 15 tahun berturut-turut.
Tujuan diadakan kegiatan Sawala Budaya ini untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air serta spirit kebersamaan kepada para tokoh adat, tokoh budaya, dan tokoh seni di Jawa Barat, sehingga ketika berbicara Nasionalisme dan Cinta tanah air, Ki Sunda harusnya menjadi Garda terdepan, karena dengan adanya Amanat Galunggung sebagai amanatnya orang Sunda, yang merupakan salah satu presentasi cikal bakal awal, sebuah Naskah kuno yang isinya mengharuskan, mewajibkan agar rakyatnya menjaga suatu kabuyutan, tempat suci , sebagai satu teritory atau wilayah dengan sangat keras sebagai perwujudan cinta ka lemah Cai – Cinta kepada Tanah air, sehingga denga demikian bisa dikatakan bahwa konsepsi cinta tanah air, telah ada dan lahir dari tatar sunda sejak zaman para leluhur.
Pesan lain yang perlu dikaji adalah menyangkut sikap dan perilaku Orang sunda yang harus Berilmu Pare (Padi) dan Cinta Damai, denga motto : Membangun kekuatan dengan kedamaian, membangun kekuatan dengan kerendahan hati, kita baru bisa kuat kalau situasi damai, karena bagaimana mungkin bisa bekerja atau beraktivitas kalau situasi rusuh & tidak aman. Kita bisa kuat bukan karena mengandalkan Kesaktian semata, tapi yang lebih utama adalah sikap perilaku dan ethika yang santun, Rendah hati dan tidak boleh merasa Besar kepala .
Jika ada Ki Sunda yang masih suka bersikap sombong adigung adiguna, itu namanya Kisunda Kajajaden (Sunda jadi-jadian). Kisunda yang tidak faham dengan filosofi Sunda. Itulah beberapa inti sari dari Amanat Galunggung.
Sebelum mengakhiri paparannya, Anton Charliyan yang mantan Kadiv Humas Polri ini meminta kepada komunitas yang hadir agar memanfaatkan Sawala Budaya bersama BRI Tasikmalaya ini, untuk bisa mengupas berbagai persoalan di masyarakat.
”Dengan adanya Sawala Budaya ini, maka diharapkan dapat menjadi Problem solving baik dalam sektor budaya maupun ekonomi kerakyatan sebagai sumber kehidupan sehari-hari, serta dapat mengobarkan semangat wawasan Kebangsaan, rasa persatuan dan kesatuan kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Sunda, wabil khusus masyarakat Sukapura Tasikmalaya,” ujarnya.
Karena dalam Sawala ini juga melibatkan stakeholder terkait, seperti keterlibatan Bank BRI, Dinas Indag Kab.Tasikmalaya, KADIN, serta dinas/instansi terkait lainnya.
Sebagaimana diungkapkan Kadis Indag Bah Iwan Ridwan, kini semua, baik Indag , Kadin maupun BRI, siap membantu untuk problem solving masalah ekonomi yang berbasis budaya dengan mengadakan berbagai pelatihan-pelatihan UMKM, seperti kursus Batik, Pandai besi Bedog, Bordir, Peternakan domba, pertanian dll, maupun peluang-peluang usaha lainnya demi kemajuan masyarakat Tasikmalaya di berbagai sektor.
Lebih lanjut dia mengungkapkan rasa syukurnya, dengan dukungan dari BRI, kini pemerintah lewat Rumah BUMN siap juga membantu para budayawan dalam melaksanakan kegiatannya, baik itu dari segi sarana prasarana maupun dari soft skill, serta siap bantu permodalan melalui program KUR .
Adapun Khusus untuk sarpras kini Indag Kab. Tasikmalaya telah menyediakan gedung Kreatif di Pamoyanan Ciawi yang dapat digunakan selama 24 jam untuk kegiatan masyarakat, bahkan dari pihak KADIN sebagai mana diungkapkan H Cecep, ada program pengiriman tenaga kerja profesional ke Jepang, Diawali dengan melakukan pelatihan bahasa dan keterampilan selama 6 bulan.
“Insya Allah akan dapat insentif minimal Rp 25 jt/ bulan selama 3 tahun bekerja,” ujar H. cecep. (BR.05)
Discussion about this post