Selasa, 7 Oktober, 2025

Bumdes Rancage Desa Pangauban Kembangkan Budidaya Ayam Petelur

Kab. Bandung (BR.NET).— Dalam rangka mendukung Asta Citra Presiden terkait ketahanan pangan, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Rancage Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada tahun 2025 fokus pada program pengembangan budidaya ayam petelur.

WAJIBDIBACA

Kepala Desa Pangauban Enep Rusna Sutiadi mengatakan, budidaya ayam petelur menjadi salah satu solusi strategis untuk meningkatkan ketersediaan pangan, khususnya telur ayam lokal.

“Tahun 2025, setelah penetapan APBDes dari kebijakan desa, program ketahanan pangan akan dialokasikan untuk budidaya ayam petelur,” ujar Enep, Selasa (7/10/2025).

Ia menambahkan, budidaya ayam petelur dipilih karena memiliki potensi ekonomi yang tinggi, permintaan pasar yang stabil, serta dapat mendukung upaya pemenuhan kebutuhan telur ayam lokal.

“Bumdes Rancage ke depan juga berperan dalam pemberdayaan masyarakat agar memiliki usaha mandiri, di mana Bumdes bertindak sebagai penanam saham,” tambahnya.

Melalui program ini, Enep berharap Desa Pangauban dapat menjadi salah satu sentra produksi telur di Kabupaten Bandung sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam pemenuhan kebutuhan telur ayam di wilayah tersebut.

Sementara itu, Ketua Bumdes Rancage Desa Pangauban Dede Hermawan menyampaikan, saat ini produksi telur di Desa Pangauban sudah mencapai sekitar 560 butir per panen, atau sekitar 95 persen dari total populasi ayam yang ada.

“Alhamdulillah, kita menargetkan harga telur di angka Rp26.500 per kilogram, lebih rendah dibanding harga pasaran,” ujar Dede.

Menurutnya, harga telur di pasaran saat ini berkisar antara Rp28.000 hingga Rp29.000 per kilogram. Dengan demikian, Bumdes Rancage berperan dalam menjaga kestabilan harga agar daya beli masyarakat tetap terjangkau.

“Bumdes Rancage menyediakan ayam petelur sekaligus memproduksi telur. Jadi, bukan hanya menjual telur, tapi juga mengembangkan budidaya ayamnya. Hal ini sejalan dengan program Presiden Prabowo yang berkaitan dengan ketahanan pangan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dede menegaskan bahwa program ini tidak semata-mata berorientasi pada keuntungan, tetapi juga memiliki nilai sosial bagi masyarakat.

“Sesuai arahan Pak Kades, kita tidak hanya mengejar profit, tetapi juga harus ada nilai sosialnya,” pungkasnya. (Gum)

Berita Selanjutnya

Discussion about this post

KOLOM