Sabtu, 22 November, 2025

Ketua DPRD Kabupaten Bandung Turun Langsung Temui Massa Aksi AMKB

KAB. BANDUNG (BR.NET).– Aliansi Masyarakat Kabupaten Bandung (AMKB) menggelar aksi unjuk rasa di depan gerbang Kompleks Pemkab Bandung, Jalan Al Fathu, Soreang, Kamis (9/10/2025). Massa menyampaikan berbagai tuntutan melalui orasi bergantian di bawah teriknya matahari. Suasana sempat memanas sebelum akhirnya berubah menjadi hangat ketika Ketua DPRD Kabupaten Bandung, Hj. Renie Rahayu Fauzi, turun langsung menemui para demonstran.

WAJIBDIBACA

Dengan langkah tenang dan penuh keyakinan, Renie mendatangi kerumunan massa, menyapa mereka dengan senyum dan sikap bersahabat. “Kami pimpinan DPRD menyampaikan selamat datang kepada Aliansi Masyarakat Kabupaten Bandung dan menyampaikan apresiasi atas kehadiran semua di sini. Tapi alangkah baiknya kalau kita berbicara di dalam,” ujarnya, mengundang para peserta aksi berdialog di ruang rapat paripurna DPRD.

Ajakan tersebut disambut sorak gembira dan tepuk tangan dari massa. Situasi yang semula tegang seketika mencair. Tanpa pagar pembatas atau barikade aparat, rakyat dan wakilnya duduk bersama dalam suasana dialog terbuka. “Gedung DPRD ini rumah rakyat, tempat mereka menyampaikan aspirasi,” kata Renie kepada awak media.

Langkah Renie menjadi simbol kepemimpinan yang hadir di tengah rakyat. Ia tidak bersembunyi di balik meja rapat, melainkan turun langsung mendengarkan keluhan masyarakat. Didampingi Wakil Ketua DPRD H. Firman B. Sumantri, H. Thony Fathony Muhammad, dan Dr. M. Akhiri Hailuki, Renie mempersilakan perwakilan AMKB masuk ke gedung dewan untuk berdialog dengan tenang dan terbuka.

“Kami tidak pernah menutup pintu bagi siapa pun. Kami selalu terbuka untuk berdialog, baik melalui surat resmi maupun komunikasi langsung. Karena itu, ketika mereka datang ke sini, sudah sepatutnya kami turun menyambut,” ujar Renie.

Dalam aksinya, AMKB menyoroti sejumlah isu penting seperti dugaan monopoli proyek pengadaan barang dan jasa, kejanggalan pendirian PT Bandung Daya Sejahtera (BDS), konflik air bersih di Kecamatan Pacet, hingga polemik revitalisasi Pasar Banjaran. Meskipun orasi berlangsung dengan semangat dan emosi tinggi, Renie tetap mendengarkan dengan sabar tanpa memotong pembicaraan. “Mereka datang membawa kepedulian, bukan permusuhan. Karena itu, kami harus mendengarnya dengan hati,” ucapnya.

Dialog antara AMKB dan DPRD berlangsung hingga malam hari. Hadir pula Asisten II Pemkab Bandung Kawaludin serta sejumlah kepala OPD, di antaranya Kepala Disdagin Dicky Anugrah, Kepala Dinsos Ningning Hendarsah, dan Kepala Diskominfo Teguh Purwayadi. Suasana diskusi yang semula tegang berubah menjadi konstruktif dan produktif.

Hingga pukul 22.00 WIB, pertemuan berakhir dengan kesepakatan tindak lanjut antara DPRD dan Pemkab Bandung. “Kami akan mengawal hasil audiensi ini agar tidak berhenti di meja rapat. DPRD hadir untuk memastikan setiap kebijakan publik berpihak pada rakyat,” tegas Renie.

Perwakilan AMKB memberikan apresiasi atas sikap terbuka dan humanis yang ditunjukkan pimpinan DPRD. Mereka menilai Renie sebagai sosok pemimpin yang memadukan ketegasan, empati, dan kebijaksanaan.

Hari itu, di tengah panas dan suara toa yang menggema, demokrasi terasa hidup di Kabupaten Bandung. Di antara massa yang berorasi dan pejabat yang turun mendengar, muncul sosok perempuan yang menjaga jembatan antara rakyat dan wakilnya—Hj. Renie Rahayu Fauzi—Srikandi parlemen yang mengajarkan bahwa kekuatan sejati pemimpin bukan pada suara paling keras, melainkan pada hati yang sabar mendengarkan. (Adv)

Berita Selanjutnya

Discussion about this post

KOLOM