Bandung (BR.NET).- Kecelakaan Bus yang ditumpangi para pelajar asal Depok, menewaskan 11 Orang di Ciater, Subang, Sabtu (11/5) sekitar pukul 18.45 WIB, tentu sangat memprihatinkan. Peristiwa itu, tidak boleh terulang kembali.
Dari peristiwa itu, publik kembali mempertanyakan urgensi study tour. Ramai flyer Stop Study Tour; tidak banyak manfaat hanya menyulitkan orang tua. Jaman sudah canggih, jika hanya untuk mengenal tempat wisata, dapat dipelajari dari internet. Padahal, kecelakaan itu tidak diharapkan. Dan yang bertanggungjawab adalah pihak perusahaan angkutan yang menyediakan armada tidak laik jalan.
Prof. Dr. Dadan Wildan, M. Hum, Ketua Yayasan Pendidikan Prima Cendekia Islami tidak sependapat, jika study tour itu dihentikan. Study Tour jika jelas tujuan yang ingin dicapai, dan objeknya jelas, sangat banyak manfaatnya bagi penambahan wawasan dan pengalaman belajar para siswa.
Prof. Dadan berpendapat, study tour, dapat dilaksanakan, dengan beberapa catatan.
Pertama, study tour betul betul melaksanakan kegiatan studi di luar sekolah. Bukan semata mata piknik ke objek objek wisata saja. Saya kebetulan mengelola lembaga pendidikan SMP Prima Cendekia Islami di Baleendah Kabupaten Bandung. Kegiatan study tour merupakan kegiatan semesteran yang diberi nama rihlah ilmiah. Bukan piknik akhir tahun. Kami mengedepankan unsur pendidikannya daripada pikniknya.
Sebagai contoh. Untuk kelas 7 kami adakan rihlah ilmiah ke Jakarta. Di Jakarta, kami mengunjungi lembaga-lembaga negara, seperti Gedung DPR/MPR, Kementerian Sekretariat Negara, Istana Presiden Cipanas, Museum Nasional, Museum Satria Mandala, hingga Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. Tournya, cukup satu tempat yakni Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Untuk kelas 8, rihlah ilmiah ke Magelang dan Yogyakarta dengan mengunjungi Akademi Militer dan Sekolah Taruna Nusantara di Magelang. Istana Presiden Yogyakarta dan Keraton Yogya. Lalu Universitas Gadjah Mada, dan tour ke Candi Borobudur dan Prambanan ayang juga memiliki nilai sejarah.
Untuk kelas 9, dilaksanakan rihlah ilmiah ke luar negeri, Malaysia dan Singapura. Itupun fokus pada lembaga formal, seperti Seminar dan Diskusi Di kantor Kedutaan Besar RI di Singapura, mengunjungi perguruan tinggi ternama di Kualalumpur hingga instansi pemerintah negara sahabat. Dari keseluruhan kegiatan itu, nilai ilmiah dan edukatifnya lebih menonjol dibandingkan pikniknya. Hal itu juga menambah wawasan dan pengalaman belajar bagi para siswa.
Kedua, kegiatan study tour bukan merupakan kegiatan wajib. Bagi para siswa yang keberatan untuk mengikutinya, diperbolehkan tidak ikut dan tidak perlu membayar, jika mereka tidak ikut. Kami menyadari, kemampuan ekonomi orang tua sangat beragam. Atau ada alasan lain.
Ketiga, saya tidak setuju jika study tour hanya untuk menambah income bagi sekolah dan guru. Di sekolah kami, pembiayaan dibuat transparan. Penyelenggaraan diserahkan kepada pihak travel. Hitung hitungannya jelas. Tidak ada peluang bagi guru dan panitia untuk menambah income dari acara studi tour. Pembiayaan didiskusikan secara transparan dengan para orang tua siswa. Guru yang terlibat kegiatan study tour, juga dibatasi. Jadi tudingan study tour merupakan sarana piknik para guru dengan nebeng pada acara siswa, itu penilaian yang salah kaprah dan menyakitkan bagi para guru.
Keempat, musibah kecelakaan lalu lintas, tentu tidak diharapkan oleh siapapun. Dengan kejadian ini, pihak sekolah dapat terus melakukan evaluasi atas pelaksanaan study tour. Mulai dari tujuan utama penyelenggaraan study tour, pemilihan objek yang dituju sesuai dengan tujuan study tour itu sendiri, pemilihan travel terpercaya jika melibatkan travel, pemilihan kendaraan yang laik jalan, dan hal hal lain yang diperhitungkan dan dipertimbangkan secara cermat. Setiap kegiatan study tour juga harus memberitahukan kepada dinas pendidikan setempat.
Intinya, kembali ke pihak sekolah dan pihak orang tua siswa. Di sisi lain, Study Tour sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman belajar para siswa. Namun disisi lain lagi, Study Tour tidak boleh diwajibkan dan tidak boleh memberatkan siswa dan orang tua siswa. Harus ada keterbukaan, saling memahami, dan transparan dalam setiap penyelenggaraan study tour, tutup Prof. Dadan.( Awing )
Discussion about this post