KAB. BANDUNG ( BR. NET) Seperti kita ketahui bahwa ada beberapa Desa di Kabupaten Bandung menjadi Desa Percontohan Anti Korupsi, yang diantaranya Desa Pulosari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.
” Belum lama ini beredar isu terkait penyelenggaraan Program Ketahanan Pangan di Desa Pulosari, yang Katanya Diduga diselewengkan dan ada indikasi Murk Up, “.
Ketua Tim/Pejabat Pelaksana Kegiatan Desa (TPKD) Pulosari Devi angkat bicara terkait adanya tudingan ke TPKD dari salah satu berita di media online yang menuduh melakukan manipulasi dan mark up anggaran dana desa dalam program ketahanan pangan tahun 2023 dan 2024.
“Kalau untuk ketahanan pangan untuk tahun 2023 sudah diserahkan langsung ke kelompok peternakan domba untuk pengadaan bibit domba berupa domba betina dan pejantan. Termasuk untuk kandang ternaknya, semua anggaran sudah tersalurkan,” jelas Devi di Desa Pulosari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Jumat (31/1/2025).
Ia mengatakan bahwa anggaran ketahanan pangan itu diserahkan kepada kelompok tani (peternak) dengan jumlah anggota 17 orang. Sebanyak 27 ekor domba, baik bibit/betina maupun pejantannya yang tersalurkan ke kelompok tani tersebut.
Devi menjelaskan bahwa anggaran program ketahanan pangan sebesar Rp 100.500.000 pada tahun 2023. Anggaran ketahanan pangan ini disalurkan kepada para peternak domba dengan sistem koloni.
“Untuk tahun 2024 dibagi dalam dua tahap, dan dibagikan kepada dua kelompok tani untuk pengadaan sarana prasarana pertanian (saprotan). Termasuk tahap kedua juga sama untuk pengadaan saprotan, cuma dibagikan kepada empat kelompok petani yang menerima bantuan program ketahanan pangan tersebut. Jadi semuanya enam kelompok petani,” jelas Devi.
Sementara itu, Koordinator TPKD Pulosari Mamat Priatna mengatakan bahwa program ketahanan pangan yang digulirkan di Desa Pulosari, di antaranya untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan fisik jalan gang untuk penunjang sarana pertanian.
“Pembangunan jalan menuju lokasi pertanian. Manfaatnya untuk sarana transfortasi pertanian, selain dapat mengurangi biaya angkut hasil pertanian,” katanya.
Demikian pula yang dikatakan Herman, Ketua Kelompok Tani Kube Karya Saluyu di Desa Pulosari. Kelompok tani ini salah satu penerima manfaat program ketahanan pangan berupa packing hasil panen pertanian dari masyarakat petani.
“Hasil panen pertaniannya kita beli, kemudian dipacking dan dijual ke toko-toko masyarakat terdekat,” ujar Herman.
Kemudian, kata dia, kelompok tani ini juga mendapatkan program ketahanan pangan dalam pengadaan ternak domba beserta kandang ternak domba dari TPKD.
“Sekarang ternak domba sudah menyebar ke setiap RW, yang sebelumnya di kelompok tani yang dikelola dengan cara sistem koloni,” jelasnya.
Menurutnya, pengembangan budidaya ternak domba terus berkembang, setelah ketersediaan kandang ternak di kelompok sudah tidak mencukupi.
“Pada tahun 2024, ternak domba dibagikan ke wilayah masing-masing dan warga mengembangkan sendiri ternak domba bersama RT dan RW setempat supaya kebutuhan mereka terpenuhi dan ada tambahan untuk ekonomi,” katanya.
Herman menjelaskan anggaran program ketahanan pangan yang di antaranya digunakan untuk pembangunan fisik jalan, tentunya sangat menunjang dalam upaya pengangkutan hasil panen pertanian setelah dilakukan packing.
“Kalau setor hasil panen pertanian ke kita itu lebih cepat. Jalan bagus, saat mengangkut hasil pertanian tidak merusak produksi pertanian,” katanya.
Sementara itu, Roni Triana, salah satu pengurus kelompok tani di Desa Pulosari adalah penerima bantuan program ketahanan pada tahun 2024, yaitu berupa anggaran untuk pembelian peralatan pertanian.
“Manfaatnya sangat besar karena sangat membantu khususnya untuk para petani. Di antaranya untuk membeli insektisida, fungisida, pupuk dan lainnya. Alhamdulillah untuk perkembangan pertanian sangat terbantu,” ujarnya.
Ia menyebutkan kelompok tani yang dikelolanya dalam upaya mengembangkan pertanian kentang dan tomat, dan saat ini harganya stabil. Harga kentang saat ini tembus Rp 10.000/kg, khusus untuk kualitas yang bagus.
“Seluas 1 hektare tanaman kentang bisa menghasilkan 20 ton. Tomat bisa menghasilkan 25 ton/ha, dalam kondisi cuaca kurang bersahabat. Maksimalnya bisa menghasilkan 40-50 ton/ha,” katanya.
Ia berharap bahwa anggaran program ketahanan pangan yang digulirkan melalui desa setiap tahun terus mengalir.
“Sebab bisa membantu kelompok tani maupun petani dari kalangan menengah ke bawah. Apalagi program ketahanan pangan ini sesuai dengan program Presiden,” ujarnya.
Namun keluhan petani itu, imbuh Herman, disaat harga lagi bagus, tiba-tiba pemerintah mengadakan impor barang dari luar negeri. “Padahal para petani tidak selamanya mendapatkan keuntungan,” ucapnya.
Sementara itu, Enang, Ketua RW 09 Desa Pulosari membenarkan bahwa program ketahanan pangan dari pemerintah desa sampai ke warga di lingkungan RW-nya.
“Kami sebagai RW hanya menerima bantuan untuk alokasi pembangunan jalan gang dengan cara dibeton. Jalan penunjang pertanian,” katanya.
Ia berharap kedepan ada tindak lanjut pengerjaan pembangunan jalan gang yang belum terbangun.
“Setiap ada program yang dilaksanakan Pemerintah Desa Pulosari, sebelumnya selalu menghadirkan para Ketua RT dan RW. Dan dilaksanakan secara musyawarah, dan dilaksanakan secara terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi,” katanya.( Awing )
Discussion about this post