PASEH (BR).-Pencemaran limbah cair ke sungai yang disebabkan dari para pelaku produksi makanan, Tahu Tempe, dan Ikan pindang. Dari sisa produksi makanan tersebut yang mengakibatkan mencemari lingkungan sepanjang sungai Cipalemahan (Sungai Citangkurak) Desa Sukamantri Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung.
Namun pencemaran limbah cair sisa makanan tersebut dapat teratasi dengan baik sehingga sudah mencapai 50-70 persen dapat diminimalisir ke arah yang mebih baik.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil peninjauan secara riil di lapangan yang dilakukan jajaran Satgas Citarum Harum Sektor 4/Majalaya Sub Pos Desa Sukamantri Serka Ujang Sofyan, Sertu Aguh dan seorang Gober yang melihat langsung proses pembuatan tahu dan tempe di perusahaan industri tersebut, Sabtu (20/6/2020).
Baik Serka Ujang Sofyan maupun Sertu Aguh kondisi riil lapangan seperti itu, mereka menilai para pelaku usaha pembuatan produk makanan tahu, tempe dan ikan pindang tersebut sebagian besar
sudah mulai memahami dan menyadari proses pengolahan air limbah dari sisa pembuatan/produksi makanan tersebut ramah lingkungan.
“Kami dari Satgas Citarum Sektor 4/Majalaya sangat mengapresiasi niat baik dari para pelaku usaha produksi makanan tahu, tempe dan ikan pindang tersebut mau mengolah dan memproses air limbah dari sisa pengolahan makanan tersebut,” kata Sertu Aguh kepada wartawan di Pos Sukamantri Satgas Citarum Harum Sektor 4/Majalaya, Sabtu siang.
Kondisi saat ini di aliran Sungai Cipalemahan itu jauh berbeda dengan situasi pada tiga bulan silam, sebelum ada progres penanggulangan pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah produksi makanan yang dilakukan Satgas Citarum Harum.
Ia mengatakan di sepanjang aliran Sungai Cipalemahan tercatat sebanyak 13 pelaku usaha tempe, tahun dan ikan pindang.
“Saat ini, sebagian besar di antara para pelaku usaha itu tidak langsung membuang limbah cair dari sisa pembuatan tahu maupun tempe ke Sungai Cipalemahan. Sebelumnya, limbah cair dari sisa pengolahan makanan itu, dalam kondisi masih panas langsung dibuang ke sungai,” tuturnya.
Dijelaskan Sertu Aguh, para pelaku usaha tersebut saat ini menyiapkan/membangun bak dan menyiapkan drum untuk tempat penampungan air limbah cair dalam kondisi masih panas.
“Bak dan drum itu untuk tempat mengendapkan air limbah dari sisa pengolahan produksi makanan tahu dan tempe. Setelah terjadi endapan dan air limbah itu dingin, sisa airnya langsung dibuang ke sungai,” katanya.
Sementara dari sisa endapan limbah itu, imbuhnya, dikumpulkan atau ditampung untuk pupuk organik yang dicampur dengan sisa pembakaran sampah untuk mengurangi atau menghilangkan bau dari sisa endapan limbah tersebut.
“Sisa endapan limbah tahu dan tempe itu bagus untuk pupuk tanaman, sehingga bisa dimanfaatkan untuk gerakan penghijauan. Alhamdulilah dengan adanya proses pendekatan kepada masyarakat, khususnya pelaku industri, mereka tak lagi buang sisa endapan limbah cair dari sisa pengolahan tahu dan tempe ke sungai yang dapat mencemari lingkungan hingga menimbulkan bau tak sedap,” katanya.
Sertu Aguh mengatakan, dengan adanya proses pengolahan limbah cair itu, operasional perusahaan industri di bidang tahu dan tempe itu ramah lingkungan. “Masyarakat sekitar pun tak lagi mengeluhkan bau limbah dari sisa pengolahan tahu dan tempe tersebut,” ujarnya.
“Untuk menciptakan lingkungan bersih di aliran Sungai Cipalemahan, ia menuturkan, Satgas Citarum Harum terus melakukan edukasi kepada para pelaku usaha tersebut. Bahkan dalam sosialisasinya pun melibatkan Gober dan tokoh masyarakat,”terangnya. (BR-19)
Discussion about this post