Bandung (BR.NET).- Pada Rabu, 18 September 2024, wilayah Kertasari dan Pangalengan di Kabupaten Bandung diguncang gempa bumi berkekuatan 5.0 magnitudo. getaran kuat itu menghancurkan bangunan dan membuat banyak warga kehilangan harta benda.
Di tengah kehancuran dan kepanikan, kisah Ibu Iya (52), warga Kampung Neglasari RT 01 RW 18, Kecamatan Kertasari, mencerminkan betaptak berdaya nya manusia saat berhadapan dengan terjangan alam yang tak terduga. detik-detik saat rumah luluh lantak saat bumi menggeliat hebat,
Ibu Iya merasakan getaran dahsyat yang membuat rumahnya seperti hampir melayang. Panik mulai menghantui , dan tanpa membuang waktu, ia berteriak memanggil ibu serta anak-anaknya agar segera keluar.
Namun, harapan itu sirna dalam hitungan detik. rumah yang selama ini menjadi tempat berlindung mulai runtuh, mengubur mereka di bawah reruntuhan.

“Saya tertimpa reruntuhan saat melindungi ibu saya. Anak saya juga tertimpa, kakinya dan badannya terluka. Untungnya, luka kami ringan. Anak saya hanya luka ringan dan belum dibawa berobat sampai sekarang,” ujar Ibu Iya,
Terdengar suaranya bergetar dan matanya masih menyimpan rasa takut di hari yang mengubah hidupnya selamanya.
Di tengah puing-puing rumah yang hancur, Ibu Iya berjuang melindungi keluarganya. Sebuah kisah penuh ketegaran dari Kertasari Meninggalkan Trauma Mendalam rumah yang mereka bangun dengan penuh harapan kini menjadi reruntuhan yang menakutkan. Ibu Iya merasa sangat kehilangan.
“Sampai sekarang saya tidak berani masuk ke rumah karena takut tertimpa reruntuhan lagi,” katanya lirih
Trauma mendalam menghantui setiap hari mereka, tanpa kepastian kapan bisa kembali menjalani hidup seperti biasa. Harapan yang terkubur bersama Harta Benda harapan Ibu Iya kini bergantung pada uluran tangan pemerintah. Di balik matanya yang penuh rasa lelah.
“Semua harta benda saya tertimbun di bawah bangunan yang runtuh. Saya berharap pemerintah bisa membantu kami membangun kembali rumah kami.”ucap ibu Iya penuh harap
Seiring dengan runtuhnya dinding-dinding rumahnya, rasa aman pun ikut lenyap, meninggalkan hanya kepedihan dan harapan yang masih belum pasti. Kisah pilu Ibu Iya mengingatkan kita akan betapa pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Warga Kertasari dan Pangalengan masih belum mendapatkan edukasi yang memadai tentang mitigasi gempa. Rendahnya pemahaman tentang bahaya gempa bumi membuat mereka rentan saat bencana datang. Ditambah lagi, banyak bangunan di daerah rawan gempa yang tidak memenuhi standar keamanan. Tata ruang yang buruk dan lemahnya pengawasan pembangunan juga memper porakpondakan kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa ini. Tragedi ini membuka mata kita bahwa kesiapsiagaan bukanlah hal yang bisa diabaikan.
Dalam sekejap, gempa dapat merenggut segalanya, termasuk rasa aman yang paling dasar. (Gum)
Discussion about this post