Dayeuhkolot (BR).- Meski penyelenggaraan PPDB TA. 2019-2020 di lingkungan Pendidikan Kab. Bandung baru akan diselenggarakan pada 1 Juli 2019, namun dengan kiat dan nilai jual tinggi SMPS. Telkom Kab. Bandung sudah menutup pendaftaran bagi calon peserta didik baru.
Menurut Alit Munawar. H. S.pd, M. M.Pd, Kepsek SMPS. Telkom pada bandungraya.net menuturkan pada PPDB Tahun Ajaran 2019-2020 pihak panitia sudah selesai clossing dan menerima calon peserta didik baru sebanyak 10 kelas dengan jumlah perkelas 32 siswa. Sedangkan jumlah siswa seluruhnya saat ini SMPS. Telkom sebanyak 1006 siswa dari kelas VII, VIII dan IX Ta. 2019 – 2020

“Selain Akademis Tahpiz Qur’an, ICT ( Inpormation Comunikation Teknology ) yang mampu mendorong animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SMPS Telkom, ada juga program seni tradisional seperti angklung, seni tari dan lainnya ” ujarnya.
Untuk prestasi yang berhasil diraih siswa SMPS. Telkom diantaranya Tekwondo dan Silat, serta berhasil meraih sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional, kedepan SMPS Telkom berencana akan ikut dalam sekolah Adiwiyata Mandiri.
Lebih jauh Alit menjelaskan bahwa program, subsidi silang tidak ada di SMPS Telkom, namun selalu terbuka bagi masyarakat yang berasal dari perokonomian kurang mampu yang berminat menyekolahkan anaknya masuk di SMPS Telkom, pasalnya ada Program Beasiswa CSR Telkom.
Pihak SMPS Telkom sangat mendukung steatment Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bandung Dr. H. Juhana M. Mpd tentang Negeri Meandeed, hal tersebut justru akan mengubah paradigma masyarakat bahwa SMP Negeri satu satunya sekolah pilihan, padahal sekolah swastapun siap bersaing dengan sekolah negeri.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bandung Dr. H. Juhana M. Mpd pada bandungraya.net menuturkan bagi sekolah yang memiliki Basis Indentas tidak bisa dikatakan bahwa itu melanggar sepanjang tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.
Dikatakan Juhana pula, bila SMPS Telkom bisa demikian justru ini mudah-mudahan dapat memicu sekolah sekolah swasta lain yang ada di kabupaten Bandung, apalagi sekolah-sekolah yang memiliki breanding, komunitas.
“Bila kita melihat transaksi ada istilah Indent, kenapa tidak sekolah yang memiliki nilai jual bagi animo masyarakat memberlakukan hal tersebut,” pungkas Juhana. (BR.01)
Discussion about this post