Bandung (BR.NET).- Belum disebut pernah ke Turki kalau tidak mengunjungi Hagia Sofia dan Mesjid Sultan Ahmed yang lebih dikenal dengan mesjid biru atau Blue Mosque yang juga disebut mesjid kembaran Hagia Sofia, karena bentuk mesjid dan ornamennya sangat mirip.
Menurut Mr. Fahretin, tour guide asal Istanbul yang fasih berbahasa Indonea, Hagia Sofia memiliki arti “Kebijaksanaan Suci”. Hagia Sofia ditampilkan ke dalam sebuah bangunan megah yang berada di pusat kota Istanbul, di sisi selat Bosphorus. Hagia Sofia dipandang sebagai lambang arsitektur Bizantium.
Sejak berdiri di tahun 537 M sampai 1453 M, bangunan ini merupakan Katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel. Tahun 1204 sampai 1261, diubah oleh Pasukan Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah kekuasaan Kekaisaran Latin Konstantinopel.
Bangunan ini menjadi masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. Kemudian bangunan ini disekulerkan dan dijadikan museum pada 1 Februari 1935 oleh Presiden Mustafa Kemal Ataturk yang berkuasa dari tahun 1923 sampai kematiannya di tahun 1938.
Prof. Dadan Wildan guru besar sejarah Islam yang pernah dua kali mengunjungi Hagia Sofia, merasa bersyukur kembalinya gedung megah berarsitektur indah menjadi mesjid. Sepuluh tahun lalu, saya berkunjung ke Hagia Sofia masih sebagai museum. Berkeliling gedung ini tanpa membuka sepatu. Gambar salib dan Bunda Maria masih dapat dilihat jelas. Sekarang ditutupi selembar kain putih, ujarnya terharu.
Alhamdulillah gedung ini menjadi masjid kembali pada Jumat, 10 Juli 2020 setelah pengadilan Turki memutuskan bahwa konversi Hagia Sofia pada tahun 1934 menjadi museum adalah ilegal. Keputusan ini membuka jalan untuk kembali mengubah monumen tersebut menjadi masjid ujar Prof. Dadan yang juga Sekretaris Majelis Penasehat Persatuan Islam (Persis) ini.
24 Juli 2020 Setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengeluarkan dekrit yang berisi “Hagia Sofia kembali ke fungsinya semula sebagai tempat ibadah umat Islam”, maka Hagia Sofia kembali menjadi mesjid. Azan berkumandang di waktu shalat dan kaum muslimin kembali melaksanakan shalat di Hagia Sofia setelah dimusiumkan selama 85 tahun.
Di seberang Hagia Sofia terdapat Masjid Sultan Ahmed yang sering disebut Mesjid Biru karena banyak menggunakan ornamen keramik berwarna biru.
Menurut Mr. Fahretin, bagian dalam masjid dihiasi keramik dengan didominasi warna biru yang didatangkan dari kota Iznik, sekitar 90 km dari tenggara Istanbul. Jumlah keramik biru yang digunakan dalam masjid lebih dari 21 ribu buah.
Masjid ini dibangun di seberang Hagia Sophia, pada 1609–1616 atau 1.072 tahun setelah berdirinya Hagia Sofia, tepatnya selama masa pemerintahan Ahmed I. Disinyalir Mesjid Sultan Ahmed dibangun untuk menyaingi kemegahan Hagia Sofia.
Didesain dan dibangun oleh al Sedefkar Mehmet Aga yang merupakan arsitek Mesjid Biru, ia murid Mimar Sinan kepala arsitek bagi sultan Suleiman I, Selim II, dan Murad III.
Mesjid Biru memiliki banyak fitur seperti kubah, setengah kubah, dan menara yang ramping. Enam menara yang menjadi karakteristik masjid tersebut merupakan sesuatu yang tidak biasa dalam gaya arsitektur khas Ottoman.( * )
Discussion about this post