GARUT, (BR).- Angka perceraia di Garut sangat tinggi bahkan termasuk tertinggi di Jawa Barat, terhitung dari bulan Januari hingga pertengahan bulan Oktober tahun 2022 ada 6000 perkara gugutan perceraian dan permohonan
“Pengadilan agama menangani 2 perkara yaitu gugutan dan permohonan, terhitung dari bulan Januari sampai sekarang (pertengahan Oktober) kami mencatat untuk gugatan ada 5000 perkara sedangkan permohonan ada 100 perkara,” kata Fitra Fatria Nugraha Panitera Muda Pengadilan Agama 1A Kabupaten Garut, Selasa (25/10/2022).
“Kalau dirata-ratakan perbulan ada 700 kasus perceraian, Garut ini termasuk 5 besar di Jawa Barat tertinggi angka percerian,” imbuhnya.
Fitra menjelaskan faktor dominan terjadinya gugatan percerian dikarenakan faktor ekonomi.
Hal ini dibenarkan H.Rudy Gunawan Bupati Kabupaten Garut, bahkan PNS (pegawai negeri sipil) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut setiap tahunnya ada 100 gugatan percerian.
“Garut termasuk tertinggi angka perceraian di Jawa Barat, di kalangan PNS saja ada 100 kasus gugatan percerian pertahunnya,” katanya.
Rudy mengatakan, pihaknya sudah berusaha untuk memperketat, tapi harus bagaimana.
“Itu kan masalah privasi, kita hanya berusaha,” ujarnya.
Secara umum, Rudy menjelaskan, kasus percerian secara umum karena faktor ekonomi, sedangkan di kalangan PNS karena terjadi ketidak cocokan didalam berumah tangga.
Sementara itu Cece Hidayat Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Garut mengatakan pihaknya terus berusaha untuk menekan angka percerian salah satunya dengan memberikan pembinaan pra nikah
“Langkah-langkah yang kami lakukan pertama melakukan pembeinaan sebelum nikah atau istilah kami kursus calon pengantin,” katanya.
Dikatakan Cece, yang mengikuti kursus calon pengantin tidak kurang 500 pasang, bahkan yang mendaftar ada 5.000 pasang pertahun nya
Cece menjelaskan, mereka calon pengantin wajib diberi penyuluhan/pembinaan bagaimana cara memasuki kehidupan berumah tangga.
Disampiing itu, lanjut Cece, pihaknya juga memberikan pendidikan pra nikah pada para calon kepala/ibu rumahtangga dan mahasiswa.
“Itu semua upaya kami didalam menekan angka percerian,” ungkapnya. (BR-72).
Discussion about this post