GARUT, (BR).- Kemungkinan terjadinya Resesi Global di tahun 2023 semakin menguat. IMF(International Monetary Fund) atau Dana Moneter Internasional bahkan sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023 menjadi 2,7% dari sebelumnya 2,9%.
Secara riil, sudah ada 28 negara yang saat ini sedang mengajukan diri untuk meminta tolong kepada IMF. Presiden Joko Widodo juga sudah menyebutkan ada 28 negara yang masuk list minta bantuan ke IMF.
Hal ini membuahkan tanggapan serius dari Febbie A. Zam Zami, M. Hum, Ketua Pokja Vokasi KADIN Kabupaten Garut sekaligus Ketua Bidang Litbang SAPMA PP Jawa Barat.
Febbie mengatakan masyarakat harus mulai mewaspadai terjadinya the perfect storm resesi global di tahun 2023, salah satunya dengan memulai bergerak dan berkarya, terutama bagi generasi millenials dan Gen-Z.
Febbie menggambarkan beberapa hal yang dimungkinkan bisa terjadi dalam isu resesi tersebut, seperti dampak besar dari conflict Ukraina yang berkepanjangan, climate change atau mengenai perubahan iklim, commodity price yang melonjak, dan cost of living yang merupakan dampak dari inflasi.
“Kita tidak bisa hanya menunggu apalagi berdiam diri dalam menghadapi kondisi kita saat ini. Perlu sinergitas dan kolaborasi berbagai stakeholder, dari mulai pemerintah, pengusaha, komunitas, sampai pada akademisi untuk mulai berkarya,” katanya, Jum’at (14/10/2022).
Sebagai tambahan informasi, imbuhnya, di negara maju, peran sektor tersier (jasa) cukup besar dalam perekonomian mereka. Ambil contoh Amerika Serikat (AS) yang saat ini 77,4% Produk Domestik Bruto-nya (PDB) berasal dari sektor jasa. Demikian juga Hong Kong di mana sektor jasa menyumbang 95% dari PDB-nya.
Terkait negara berkembang yang bergantung pada sektor primer (tambang-pertanian) dan sekunder (manufaktur) jadi lebih kebal, menurut Febbie, tidak, untuk pertama kali negara maju dan emerging market bisa sama-sama berada dalam resesi glolal di 2023.
“Di situasi krisis yang demikian, peran vokasi justru menjadi kian penting dalam kaitannya dengan mencegah penurunan aktivitas kewirausahaan ketika situasi tersebut telah berjalan,” ujarnya.
Dia menyebut, program vokasi bisa menjadi celah, mengingat posisinya sebagai pendidikan formal yang tak hanya melatih tenaga kerja terampil, melainkan juga berjiwa wirausaha. Dari aspek vokasi sangat bisa berpeluang muncul produk creative destruction, tatkala berbagai korporasi lebih berorientasi mengejar efisiensi.
“Merujuk pada riset Audretsch yang berjudul “Innovation and Technological Change” (2003), menunjukkan bahwa inovasi lebih mungkin terjadi di kalangan UKM, ketimbang di fasilitas R&D perusahaan besar. Pasalnya, UKM dituntut untuk berinovasi agar bertahan di pasar,” terangnya.
Sementara itu, Ketua KADIN Kabupaten Garut, H. Yudi Nugraha Lasminingrat, lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi melalui sektor UMKM, yang tentunya tidak terlepas dari Pendidikan dan Pelatihan Vokasi yang juga harus ditumbuhkan terlebih dahulu.
“Kita tentunya berfokus pada Peningkatan Kapasitas melalui program vokasi yang telah diamanatkan Presiden Joko Widodo melalui Perpres Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi,” katanya.
Kang Yudi (Sapaan Ketua KADIN Kab. Garut) juga mengajak kepada generasi millenials dan Gen-Z untuk terus belajar serta melakukan inovasi bersiap diri menghadapi tantangan Globalisasi untuk menyambut Indonesia emas 2045 nanti. (BR-72).
Discussion about this post