Bandungraya.net-Soreang | Kelompok perajin sapu awi (bambu) yang berlokasi Kampung Cijamuer RW 05, Desa Sukanagara, Kecamatan Soreang menjalankan usahanya sejak tahun 1980 yang tidak pernah tersentuh program baik dari pemerintah desa sukanagara atau pun pemerintah daerah kabupaten bandung. Hal tersebut dikatakan Ketua Kelompok pembuat Sapu Awi, Gunadi di rumahnya. Sabtu 7 Agustus 2021
Gunadi dengan sapaan akrabnya Gugun juga mengatakan, para pembuat sapu awi dalam menjalankan usahanya, memiliki keterbatasan selain permodalan dan juga pemasaran.
“Usaha yang dijalankan para pembuat sapu awi, secara turun menurun telah berlangsung sangat lama, bisa dikatakan sudah hampir 40 tahun,” tutur Gugun.
Namun lanjutnya, sebanyak 100 Kepala Keluarga pembuat sapu awi mengaku, sulit untuk berkembang, karena tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah desa atau pun pemeritah daerah.
“Sapu awi hasil kerajinan dari kelompok usaha di kampung Cijamuer, Desa Sukanagara ada yang di pasarkan sendiri ke wilayah Kota Bandung dan ada juga yang langsung dijual ke pengepul di daerah Terminal Leuwi Panjang,” tuturnya.
Rata – rata harga jual dari pembuat ke pedagang lanjut Gugun, hanya Dua Ribu Lima Ratus Ribu Rupiah per satu sapu awi.
Gugun juga mengaku, sangat sulit untuk meningkatkan tarap hidup perekonomian pembuat sapu awi, karena keuntungan dari penjualan sapu awi sangat tipis dan tidak sebanding dengan kerja keras yang sudah dilakukan.
“Kelompok pembuat Sapu Awi, baru akan di sentuh oleh Pemerintah Desa Sukanagara melalui Kepemimpinan Kepala Desa Agus, mudah – mudahan segera merealisasikan bantuan permodalan dan memberikan pelatihan untuk pemasaran, agar para pembuat sapu awi bisa lebih meningkatkan perekonomian di masyarakat,” pungkasnya.
Ditempat terpisah Kepala Desa Sukanagara Agus berharap, bisa mengembangkan kelompok usaha pembuat sapu awi untuk mendongkrak perekonomian di wilayahnya.
“Saya sangat mengapresiasi potensi ekonomi yang muncul melalui kelompok usaha sapu awi dan akan membantu permodalan melalui Bumdes Sukanagara,” pungkasnya. (BR-25)
Discussion about this post