SOREANG (BR) – Hery Saparudin berhasil mempertahankan disertasinya pada bidang Pendidikan Islam di hadapan para penguji di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung, Jawa Barat, Senin 18 Juli 2022.
Disertasi yang berjudul, “Pengembangan Nilai – Nilai Karakter Santri Melalui Tarekat Qodiryah Naqsyabandiyah di Ponpes Suryalaya Tasikmalaya”.
Hery Saparudin selama mengikuti program pendidikan Doktor, yaitu sejak bulan Agustus 2017 dan mengantarkan Hery Saparudin mendapatkan predikat sangat memuaskan.
Setelah proses yang panjang dan penuh dengan perjuangan, akhirnya selesai juga,” ujar Fathi usai mengikuti Sidang Terbuka Senat Akademik UI Promosi Doktor atas nama dirinya.
Hery Saparudin, lahir di Cililin, 27 Nopember 1982. Sehari-hari beraktivitas sebagai Dosen STAI YAMISA Soreang Bandung dan Dosen LB pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Pengalaman pendidikannya diperoleh antara lain: Sekolah Dasar Negeri Cipatik 2 di Soreang (lulus tahun 1995). SMP YAMISA di Soreang (lulus
tahun 1998). SMA Sapta Dharma di Soreang (lulus tahun 2001).
Kemudian melanjutkan, Perguruan Tinggi: D-2 Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI YAMISA di Soreang, S-1 Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI YAMISA di Soreang, S-2 Program Studi PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan S-3 Prodi Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN SGD Bandung yang saat ini kita saksikan akan melangsungkan ujian terbuka.
Adapun Pengalaman pekerjaan sebagai: Ketua Program Studi PAI STAI YAMISA Soreang, Dosen STAI YAMISA Soreang, Dosen LB Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Karya tulis ilmiah yang pernah ditulis, yaitu: Pendampingan Para Kader Dakwah MUI Kabupaten Bandung, FGD Bedah Masalah Fiqh Kontemporer MUI Kabupaten Bandung, Kontribusi Pesantren Dalam Mendukung Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter, Pengembangan Pendidik di Pondok Pesantren.
Kini Hery Saparudin, hidup bahagia berkeluarga dengan seorang istri bernama, Neng Ema, S.Pd., dan kedua anak tercinta, yaitu: 1) Asyfi Nur
Zahro; 2) Dina Zahrotul Qolbi.
Melalui proses dan tahapan pendidikan di Pascasarjana UIN SGD Bandung, Hery Saparudin melakukan penelitian disertasi dengan judul: “Pengembangan Nilai – Nilai Karakter Santri Melalui Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah di Ponpes Suryalaya Tasikmalaya”.
Dia menjelaskan, fenomena para santri pondok pesantren Suryalaya Tasikmalaya harus menempa jiwanya dengan perilaku-perilaku yang dapat
membersihkan dan meleburkan jiwanya. Ia harus terus menerus melakukan dzikir setiap waktu.
“Minimal setiap setelah selesai melakukan sholat fardhu berzikir nafi isbat 165 kali, dan dzikr lathaif (ismu zat) sebanyak-banyaknya,” katanya di Soreang. Jumat 22 Juli 2022.
Amaliyah thoriqoh tersebut, lanjut Hery, santri pondok pesantren Suryalaya Tasikmalaya senantiasa mampu bersikap zuhud, wara, tawadhu, dan ikhlas (senantiasa memurnikan motivasi dan orientasi) hanya kepada Allah.
Dia juga menambahkan, secara teori bahwa sikap dan perilaku yang menjadi karakter sangat erat sekali dengan kebiasaan, faktor kebiasaan ini memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk dan membina karakter.
“Maka kedua hal di atas mengisyaratkan bahwa amaliyah TQN adalah suatu cara/metode yang ditawarkan oleh para ulama` untuk membentuk karakter umat, sehingga sangat tepat jika pondok pesantren Suryalaya Tasikmalaya menerapkanya,” tutur Hery.
Dia juga menambahkan, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama.
“Kami bisa membuktikan bahwa pengembangan nilai-nilai karakter santri melalui tarekat qodiriyah naqsyabandiyah di Ponpes sangat penting untuk ditanamkan,” pungkasnya. (BR- 25)
Discussion about this post