Kab. Bandung (BR).- Wilayah Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, dinilai sangat berpotensi menjadi destinasi wisata dengan ciri khas sarung.
Direktur Even Nasional dan Internasional Kemenparekraf RI, Dessy Ruhati mengatakan, warga yang memproduksi sarung di Majalaya sudah dilakukan turun temurun sejak abad ke-17. Sehingga menurutnya, budaya sarung sudah mengakar dan menjadi bagian kehidupan masyarakat di sana.
“Ini akan kita jadikan bagian sustainable tourism, dan kami berharap sarung Majalaya juga di mana nanti ada destinasi wisata sarung yang mungkin bisa menjadi bagian salah satu desa-desa wisata yang ada di Indonesia,” ungkap Dessy, saat festival sarung Majalaya, Rabu (15/3/2023).
Dessy mengatakan, nantinya warga pegiat dan produsen sarung di Majalaya pun bisa menonjolkan motif-motif kuno yang menjadi ciri khas wilayah tersebut.
“Nah, ini menjadi suatu perjalanan yang menarik dan memperkaya masyarakat dalam program bangga berwisata di Indonesia,” katanya.
Dalam hal tersebut, ia memaparkan bahwa produksi bisa dilakukan dengan proses pewarnaan alami. Hal itu, kata Dessy, bisa menjadi pembeda karena kain dari benang sutera dan benang katun itu bisa dibajak motifnya.
Untuk itu, ia pun berharap pemerintah daerah bisa bekerja sama dengan komunitas tekstil dalam mendorong wilayah Majalaya menjadi desa wisata sarung.
“Tidak mustahil mungkin suatu hari bisa bekerja sama dengan teman-teman dari negara lain,” jelasnya.
Semenytara itu Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan mengatakan, dulunya wilayah Majalaya terkenal dengan istilah Kota Dollar karena produksi sarung di sana yang luar biasa.
Sahrul pun mengaku, Pemerintah Kabupaten Bandung ingin mengembalikan lagi istilah tersebut.
“Saya sangat mengapresiasi semua pihak yang membangkitkan kembali sehingga ada dukungan dari masyarakat yang tadinya apatis di sini, masyarakat sudah sangat tidak percaya diri, mudah-mudahan dengan even ini punya semangat lagi,” ungkap Sahrul. (BR.01)
Discussion about this post