Sumedang (BR.NET).- Metode pengajaran outing class mengajak peserta didik jalan-jalan pada kunjungan ke instansi atau tempat tertentu. Tentunya, berguna merangsang kreativitas, mengurangi kejenuhan, memotivasi dalam belajar anak, menambah pengetahuan dan kecintaan terhadap lingkungan sekitar.
Namun sangat disayangkan, dari informasi yang dihimpun bandungraya.net, dibalik outing class program muatan kearifan lokal SMPN 5 Sumedang, banyak dikeluhkan orang tua siswa kelas VII (kurang lebih 300 siswa) yang merasa keberatan karena tidak adanya pemberitahuan terlebih dahulu.
“Aneh teu aya rapat (tidak rapat) orang tua maupun komite, tau-tau nya kami langsung di kasih surat persetujuan/ijin ortu untuk pemberangkatan outing class dan harus bayar Rp 400.000,” ungkap beberapa orang tua siswa yang tidak mau disebutkan jatidirinya.
Menurut pengakuan orang tua siswa, ada hal yang janggal dan terkesan diduga menjadi ajang bisnis sekolah/guru. Karena kegiatan tersebut tidak dilaksanakan di Sumedang, yang tentunya dapat meningkatkan PAD dan membantu program pemerintah di sektor pariwisata.
“Jauh-jauh ke Saung Ujo, Taman Pintar dan Alun-alun Bandung, naha teu tiasa (apa tidak bisa) di Sumedang, kan lebih efisien sekaligus dapat memperkenalkan seni buhun Sumedang kepada anak-anak, seperti tari Jaipong, Tarawangsa, Jentreng, Karinding dan lain sebagainya,” keluh para ortu siswa.
“Kami cuma bisa ngedumel, meskipun merasa keberatan tapi enggan untuk protes, sieun dicirian (takut ditunjuk) dan takut mengganggu aktivitas belajar anak kedepannya,” tuturnya.
Sementara Ema Sri Komala, S.Pd., M.Si, Kepala Sekolah SMPN 5 Sumedang, menanggapi santai atas perihal tersebut yang rencana pemberangkatannya pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2024.
“Ini sudah ada pada program P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) guna menunjang kurikulum merdeka untuk kelas VII. Kami tidak memaksa, yang mau ikut ya mangga tidak juga ya tidak apa-apa, paling ada tugas P5 lain yang ada di sekolah. Dan setelah ada tragedi bis terguling di Ciater kemarin, ada juga siswa yang membatalkan keberangkatannya,” terang dia.
Hj Ema menyebutkan, untuk kegiatan outing class tidak mesti ada rapat ortu terlebih dulu karena ini sudah masuk program dan sewaktu di SD pun sudah pernah dilaksanakan di Sumedang, sehingga sekarang perlu berkunjung keluar daerah.
“Sengaja kita mencari ketempat yang lain guna menambah pengetahuan bagi anak didik untuk mempelajari isu-isu penting di sekitar. Semoga dengan ini, siswa dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas guna mengetahui tentang budaya atau ilmu yang berada di dalam maupun luar wilayah Sumedang,” pungkasnya.
Pantauan bandungraya.net, padahal kegiatan semacam ini perlu pertimbangan kembali. Dimana Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor: 64/PK.01/Kesra, tentang study tour pada satuan pendidikan.
Hal ini, untuk memperketat izin pelaksanaan tur sekolah atau study tour yang dilaksanakan sekolah pasca-insiden maut bus rombongan pelajar Depok di perjalanan Ciater, Subang.
Dalam SE yang diteken Minggu, 12 Mei 2024, ada tiga poin yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan study tour sesuai isi SE tersebut. Salah satunya tidak melaksanakan study tour ke luar kota. (Gani)
Discussion about this post