Bandung (BR.NET).- Saat ini beberapa Media Sosial telah mendahului keputusan Presiden, mereka membicarakan tentang akan dipisahnya Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menjadi tiga Kementrian, yaitu Kementrian Pendidikan, Kementrian Budaya dan Kementrian Riset dan Teknologi.
Hal itu mendapatkan sorotan dari salah seorang Tokoh Pendidikan Prof. Dr. H. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd Khusus kementrian Budaya, secara pribadi saya memberi apresiasi, karena budaya di Indonesia unik diantara budaya negara lain di dunia sehingga butuh penanganan tersendiri. Saya katakana begitu karena buktinya sampai hari ini, meskipun sudah disatukan dalam satu kementrian dengan Pendidikan, tidak terlihat hasilnya.
Diakui Toto, diawali dengan terbentuknya budaya, prilaku dan produknya disebut budaya, seperti pertanian, hukum, teknologi, peralatan, kesenian, komunikasi, Pendidikan, mungkin masih ada yang belum saya sebutkan. Semua yang dapat dindrai dan permanen dari itu semua disebut budaya.
Budaya menjadi ciri dari komunitas, sehingga apabila menyebut budaya selalu diikuti dengan komunitasnya, seperti budaya Sunda, budaya Jawa, Budaya Minang dan semua komunitas di Indonesia yang kemudian disebut suku. Semua prilaku dan produknya tersebut permanen dan lestari.
Awalnya prilaku dan produknya tersrbut ada karena beberapa individu yang memilikinya ingin bersama sama nyaman dalam satu lokal tertentu, kemudian dipertahankan dengan cara mengajarkannya kepada keturunannya, sehingga kemudian disebut etnis (suku). Yang dipertahankan oleh penghuni lokal tadi adalah karakter, sehingga yang Nampak dari sebuah suku adalah karakter sukunya, Ujar Prof. Toto Pada Rabu 26 Juni 2024.
Menurutnya, Bangsa Indoneia dibangun oleh puluhan suku, sehingga dengan sendirinya bangsa Indonesia memiliki puluhan budaya, ini yang tadi saya katakana unik. Betapa beratnya mengelola budaya bangsa Indonesia, sedangkan Negara membutuhkan ciri secara Nasional.
Sampai hari ini bila mengatakan budaya Nasional Indonesia yang tampil budaya salah satu suku di Indonesia. Harus dipikirkan bagaimana meramu budaya suku-suku tersebut menjadi satu budaya yang mewakilinya sehingga kemudian bisa disebut budaya Nasional, Sambungnya.
Di atas sudah saya sampaikan, bahwa yang membangun budaya itu adalah karakter, sekarang gilirannya mencari siapa yang membangun karakter? Tidak sulit untuk menunjuknya karena karakter adalah prilaku permanen yang muncul pada seseorang, sedangkan yang bisa membangun prilaku adalah Pendidikan. Apabila seluruh suku di arahkan ke satu arah yang sama oleh Pendidikan maka akan terbentuk prilaku yang sama dan bila sampai prilakunya permanen maka menjadi karakter, Tutur Toto yang juga sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung.
Sebenarnya saya merasa nyaman dengan bersatunya Pendidikan dengan Kebudayaan dalam satu kementrian, tetapi selalu terganggu dengan kenyataan mengapa sampai saat ini tidak terbentuk budaya-budaya Nasional ?.
Apabila yang menjadi alasan terlalu banyaknya budaya, boleh dicoba dengan memisahkan keduanya menjadi masing-masing kementrian, dengan catatan keduanya harus tetap melakukan kordinasi, Ulasanya pula.
Kembali ke memisahkan kementrian Pendidikan dengan kementrian budaya, jangan sampai hanya sekedar untuk mewadahi kepentingan, karena apabila itu tujuannya, akan menjadi masalah baru pada karakter bangsa di kemudian hari, Tukas Prof. Toto Sutarto ( Awing )
Discussion about this post