Bandung ( BB.NET ) viralnya pelepasan kerudung bagi para Petugas Pengibar Duplikat Bendera Merah Putih, hal ini mendapatkan sorotan berbagai pihak dan element.
Seperti disampaikan Tokoh dan Pengamat Pendidikan Prof Dr.H. Toto Sutarto Gani Utari, M. Pd bahwa menurutnya Karakter adalah prilaku permanen yang muncul pada seseorang dan spontan keluar dari dirinya saat stimulus datang padanya. Prilaku bisa dalam bentuk berpikir, berbicara maupun berbuat.
Pemahaman ini sama dengan Akhlak yang bermakna perbuatan yang mudah dilakukan tanpa melalui proses berpikir atau pertimbangan. Karakter akan dipertahankan oleh pemiliknya dan semua yang dilakukannya adalah benar menurut dirinya, sehingga karakter hanya bisa dilihat orang lain, dirinya sendiri tidak mengetahui apalagi memahaminya, Ujar Prof. Toto Sutarto Pada Jumat 16 Agustus 2024.
Dijelaskan Toto Sutarto, Karakter menjadi sorotan utama saat ini di Indonesia, hampir di semua komponen sistem berkarakter memprihatinkan. Terhadap kenyataan ini yang paling dipersalahkan adalah dunia pedidikan, karena pendidikanlah yang seharusnya mengendalikan karakter bangsa di manapun. Maka jelas perbaikan karakter harus dilakukan melalui sektor Pendidikan.
Apakah karakter seseorang bisa dirubah? Semua yang disebut permanen tidak bisa dirubah, yang bisa kita lakukan adalah menyembunyikan karakter tidak disukai yang ingin dirubah. Karena sembunyi setiap saat akan keluar juga, Tegas Toto Sutarto
Ungkapnya pula, meski disembunyikan harus ditutupi dengan prilaku-prilaku yang bisa menyembunyikannya. Apa yang menutupi karakter dalam persembunyiannya? Prilaku lain yang lebih berkualitas dari prilaku yang disembunyikan, tetapi tetap prilaku yang tersembunyi setiap saat akan muncul saat ada stimulus yang kuat memanggilnya.
Apa saja yang bisa menutupi karakter yang tersembunyi? Harus paham bahwa prilaku dikendalaikan oleh pola di dalam otak, sehingga harus dibangun pola prilaku yang kuat agar karakter yang disembunyikannya tertutupi, Katanya.
Menurut Pakar Pendidikan ini, Pengetahuan adalah pembentuk pola berkualitas yang tepat sehingga tingkat Pendidikan menentukan kualitas pola prilaku. Tetapi Kembali lagi bila hanya menutupi setiap saat yang tersembunyi akan keluar bila stimulus kuat memanggilnya, sekalipun tingkat pendidikannya setinggi langit.
Bagaimana agar karakter yang tidak disukai oleh masyarakat disadari oleh pemiliknya? Hanya bila pemiliknya tergelincir oleh karakter tersebut, sehingga tahu dan paham bahwa prilakunya selama ini adalah karakter yang salah. Selama prilakunya tidak bisa digugurkan maka semakin kuat karakternya dipertahankan, Cakap Prof. Toto.
Allah sudah mengingatkan dalam Al-Qur’an surat Albaqoroh ayat enam “orang kafir itu sama saja (Muhammad) engkau beri peringatan atau tidak diberi peringatan mereka tidak akan beriman”.
Sambungnya, Membangun karakter itu tidak mudah, karena melibatkan kualitias informasi. Kualitas informasi harus disiapkan dengan berbagai syarat dan Langkah yang sesuai dengan karakter yang diinginkan.
Tetapi, bisa saja proses terjadi dengan sendirinya atau tanpa dikendalikan dan disadari, asal memenuhi syarat dan kriteria yang dibutuhkan oleh karakter. Kemudian karakter akan membangun budaya, setelah itu karakter dan budaya yang terbentuk tidak bisa dihapus atau dirubah, Tuturnya.
Menurut Prof. Toto Sutarto, bagian inilah yang harus disadari oleh setiap individu yang menjadi unsur komunitas. Contoh sebuah budaya yang terbangun adalah PASKIBRA, selama upacara peringatan kemerdekaan Indonesia itu ada akan dilakukan pengibaran bendera pusaka.
Saat pengibaran bendera pusaka akan ada di dalamnya karakter-karakter pembangun budayanya. Pengibar bendera berasal dari kebinekaan, salah satunya adalah busana.
Busana muslim membangun karakter berbusana di seluruh dunia, busana muslim untuk perempuan harus menutupi rambut sehingga muncul pola berbusana di setiap kegiatan dari keseharian, olah raga, hingga pengibar bendera pusaka di upacara kemerdekaan, Ungkapnya.
” Ingat bahwa menutupi rambut bagi wanita muslim hukumnya wajib, sehingga saat pengibaran bendera pun akan ditutup rambutnya, ini juga karakter. Menutup rambut tidak hanya kepentingan wanita muslim di dalam menjalankan kewajibannya, tetapi kepentingan semua muslim laki-laki dan perempuan untuk mempertahankannya “.
Ditegaskan Prof. Toto yang juga sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung bahwa menghadapi ini jangan giring atau paksa peserta paskibra keluar dari karakter ini, tapi ajak semua kearah karakter ini, tinggal berpikir bagaimana agar bhineka tunggal ika bisa terselenggara dengan tidak menyeret salah satu unsurnya keluar dari kebinekaan, Ujar Toto Sutarto.
Semua setuju bila Dasar Negara itu untuk mempersatukan seluruh budaya dan potensi daerah di Indonesia. Bila sepeti itu Pancasila tidak akan membenci seluruh kebhinekaan yang ada, justru harus mempersatukannya. Nah mari Bersama berpikir membantu keinginan Pancasila untuk mempersatukan kebhinekaan khususnya saat ini adalah kerudung wanita paskibra agar tetap dipakai, saya yakin semua setuju bila berangkat dari niat mempersatukan kebhinekaan yang ada di Indonesia, Tukas Toto Sutarto Gani Utari. (. Awing. )
Discussion about this post