BANDUNG (BR.NET).- Pergerakan wisatawan ke Kabupaten Bandung capai 7 juta jiwa lebih pada tahun 2023. Pergerakan wisatawan itu mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahunnya dalam beberapa tahun terakhir ini.
” Dan ini sangat berdampak positip terhadap PAD Kabupaten Bandung saat ini, “.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung H. Wawan Ahmad Ridwan mengatakan, pergerakan wisatawan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari sebelumnya mencapai 2 juta jiwa disaat pandemi Covid-19. Kemudian pergerakan wisatawan meningkat lagi capai 4 juta jiwa, 6 juta jiwa dan mencapai 7 juta jiwa sekian pada setiap tahunnya.
“Sejak kita terkena pandemi Covid-19, wisatawan yang datang ke Kabupaten Bandung mengalami kemerosotan. Tidak hanya di Kabupaten Bandung saja, mungkin saja di seluruh kawasan,” kata Wawan dalam keterangannya di Soreang, Jumat (15/11/2024).
Pasca pandemi Covid-19, ia menyebutkan, ada peningkatan pergerakan atau kunjungan wisatawan yang cukup signifikan ke Kabupaten Bandung, disaat terjadi euforia.
“Dari tahun ke tahun tidak kurang pertumbuhan data pergerakan wisatawan Kabupaten Bandung meningkat. Dari mulai 2 juta jiwa pergerakan wisatawan saat Covid-19, naik 4 juta jiwa, kemudian 6 juta jiwa dan sekarang akan mencapai 7 juta jiwa sekian. Seperti apa kita akan mempertahankan dan seperti apa kita akan meningkatkannya. Ini tentunya menjadi ‘PR’ besar bagi pemerintah daerah, bagaimana akomodasi, infrastruktur dan kaitan fasilitas pariwisata di Kabupaten Bandung ini bisa lebih ditingkatkan,” jelas Wawan.
Wawan pun merasa yakin dengan tingginya pergerakan wisatawan ke Kabupaten Bandung akan berdampak pada PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan pemberdayaan masyarakat.
“Contoh data pariwisata tahun 2023 saja, pergerakan wisatawan ke Kabupaten Bandung ini mencapai 7 juta jiwa. Hanya rata-rata di lama tinggal memang perlu ada peningkatan dan baru mencapai 1,38 hari. Kemudian rata-rata belanja baru Rp 1 juta,” Ungkap Wawan A. Ridwan. .
Dia menjelaskan bahwa banyak wisatawan yang datang ke Kabupaten Bandung ini hanya menikmati keindahan alam dalam posisi tidak menginap.
“Apakah ini karena faktor akomodasi yang kurang, atau apa yang harus kita pikirkan bersama. Rata-rata belanja hanya satu juta rupiah. Kalau bicara Rp 1 juta dengan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bandung yang mencapai 7 juta jiwa, itu tidak berbanding lurus,” Tuturnya.
“Artinya bagaimana meningkatkan dua sektor ini. Pertama rata-rata lama tinggal dan rata-rata belanja. Mungkin dari sisi akomodasi yang perlu kita tingkatkan, kemudian dari sisi atraksi, kemudian termasuk dari apa yang kira-kira yang jadi kekurangan Kabupaten Bandung. Bicara hotel, bicara restoran, mungkin harus ada peningkatan akomodasi di wilayah Kabupaten Bandung. Supaya antara kunjungan dengan rata-rata lama tinggal dan rata-rata belanja ini bisa berjalan berbanding lurus,” imbuh Dia.
Lebih lanjut Wawan mengatakan, terjadi peningkatan PAD Kabupaten Bandung capai Rp 1,6 triliun, merupakan peran semua pihak dan salah satunya bersumber dari sektor pariwisata.
“Karena sektor pariwisata ini tidak bisa dilakukan oleh satu dinas saja, yaitu Dinas Pariwisata. Bagaimana bicara aksesibilitas harus masuk anggaran perbaikan infrastruktur dari Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, termasuk dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan untuk penataan lingkungan. Termasuk dinas-dinas lainnya,” jelas Wawan.
Ia juga turut mengapresiasi masyarakat yang turut meningkatkan dari sisi kemampuan, kompetensi terhadap bagaimana peningkatan kedatangan wisatawan yang datang ke Kabupaten Bandung.
“Kedepan, kami ingin kunjungan wisatawan terus meningkat dan berimbas pertama pada peningkatan PAD, kemudian kedua pemberdayaan masyarakat,”.
Ia mengatakan, bagaimana pemberdayaan masyarakat, tidak hanya pemilik modal besar saja yang berinvestasi di Kabupaten Bandung untuk meningkatkan usaha pariwisata.
“Tetapi mungkin ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat melalui program desa wisata. Karena desa wisata ini, kegiatan pariwisata yang dilakukan dari oleh dan untuk masyarakat,” Cakap Wawan.
Menurutnya, bagaimana kearifan lokal ini disajikan kepada masyarakat atau wisatawan atau pengunjung yang datang dengan memberdayakan mulai dari budaya, kemudian ekonomi kreatif, termasuk potensi alam yang ada.
“Mudah-mudahan dengan adanya spot-spot wisata yang digagas oleh siapapun, ini pemberdayaan masyarakat di sektor ekonominya bisa terus meningkat,” ujarnya.
Wawan menyebutkan, pariwisata di Kabupaten Bandung termasuk salah satu tujuan wisatawan nasional, khususnya di Pacira (Pasirjambu, Ciwidey dan Rancabali).
“Tetapi ini juga kita harus bisa mempertahankan dan meningkatkan kondisi-kondisi yang ada. Dari mulai infrastruktur, kemudian hospitality masyarakatnya. Termasuk bagaimana dari sisi menjaga lingkungan, kebersihan dan pengolahan sampah,” Paparnya.
“Kita tahu masalah yang paling krusial, yang terjadi di wilayah Bandung Raya ini masalah sampah. Bagaimana keterbatasan TPA Sarimukti pada saat menampung sampah yang berada di Bandung Raya. Pak Bupati sudah menyampaikan kepada kami untuk mensosiaisiaiskan dan menyampaikan kepada seluruh pelaku usaha pariwisata itu harus bisa mengolah sampah secara mandiri,”.
Artinya, kata Wawan, sampah yang dihasilkan dari sektor pariwisata harus dikelola dari mulai sampah organik dan anorganik di lokasi destinasi wisata itu sendiri.
“Jadi meminimalisir sampah yang dibuang atau diangkut ke TPA. Karena salah satu daya dukung lingkungannya dan salah satu kebersihannya tidak disajikan dengan baik, tidak mungkin wisatawan datang ke Kabupaten Bandung dalam kondisi yang kotor, sampah menumpuk. Ini akan mengurangi ketertarikan wisatawan yang ada,” Tutup Kadiparbud Kab. Bandung ( Awing )
Discussion about this post