PASIRJAMBU, (BR).- Yayasan Panata Giri Raharja, merupakan kumpulan para penggiat dan komunitas yang bergerak di bidang lingkungan.
Menelisik pasca terjadinya bencana Banjir Bandang dan longsor di kawasan Pasirjambu dan Ciwidey, Panata Giri Raharja menggelar focus group discussion (FGD).
FGD tersebut digelar untuk menggabungkan semua stakeholder dalam menjaga kelestarian alam, mengantisipasi kembali terjadinya bencana alam dan mencari solusi bersama.
Hal itu dikatakan Eyang Memet tokoh lingkungan sekaligus pembina yayasan Panata Giri Raharja, menurutnya, kegiatan FGD digelar untuk menelisik dampak terjadinya bencana banjir bandang Ciwidey beberapa waktu lalu.
Eyang Memet menjelaskan, seperti yang sudah disampaikan kepada publik beberapa waktu lalu, pihaknya akan melakukan kajian total di wilayah kawasan hulu sungai Ciwidey, Ujar Eyang Kamis 30 Juni 2022.
“Ini tindak-lanjut dari statetmen saya beberapa waktu lalu, yang akan melakukan kajian total di kawasan hulu sungai Ciwidey sehingga terjadinya banjir bandang dan longsor,” kata Eyang Memet kepada wartawan, imbuhnya.
Menurut Eyang Memet, setelah melakukan kajian total di kawasan tersebut, pihaknya menemukan beberapa faktor terjadinya banjir bandang Ciwidey.
Sehingga, pihaknya segera menggelar FGD dengan beberapa pihak mulai dari komunitas, penggiat lingkungan, pemerintah dan seluruh stakeholder yang terkait, Paparnya.
“Ya, kegiatan FGD ini hadiri oleh Forkopimcam Pacira (Pasirjambu, Ciwidey dan Rancabali), komunitas dan penggiat lingkungan, beberapa dinas terkait dan Ketua Jamparing Institut yang konsen terhadap perbaikan lingkungan Bandung selatan,” Ulas Eyang.
Eyang menjelaskan, hasil kajian total di kawasan hulu sungai Ciwidey tersebut dibuka dalam FGD tersebut, agar untuk menjadi pemikiran bersama dalam mencari solusi memperbaiki dan mengantisipasi.
“Kondisi hulu sungai Ciwidey memang sudah mengkhawatirkan, oleh karena itu, kami mengajak semua pihak untuk bersama mencari solusi. Sebab, saat ini bukan waktunya saling menyalahkan, tapi kesatuan menjadi kekuatan untuk pencegahan,” tuturnya.
Hasil dari kegiatan FGD tersebut, lanjut Eyang Memet, akan dijadikan resume rencana kerja jangka pendek hingga jangka panjang yang akan disampaikan kepada pemerintah dan pihak pihak terkait.
“Tidak bisa dipungkiri, terjadinya bencana banjir bandang dan longsor akibat kerusakan lingkungan di kawasan hulu sungai, dan faktor utamanya adanya alih fungsi lahan,” Ungkap Dia.
Menanggapi faktor alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir bandang, Dadang Risdal Aziz ketua Jamparing Institut pemerhati kebijakan pemerintah mengatakan, memang semua pihak harus terlibat untuk mengantisipasi terjadinya kembali banjir bandang dan bersama mencari solusi pencegahan.
“Kami memang sedang konsen menyikapi kerusakan alam dan alih fungsi lahan di kawasan hulu sungai Ciwidey yang mengakibatkan terjadinya banjir bandang,” Jelasnya.
Padahal, kata Risdal sapaan akrab ketua Jamparing Institut, Ciwidey merupakan dataran tinggi secara ilmiah kecil kemungkinan terjadinya banjir bandang.
Namun, hal tersebut terjadi bahkan hingga dua kali kejadian dalam satu pekan akibat alih fungsi lahan dan kerusakan lingkungan di kawasan tersebut.
“Harus segera dilakukan penanganan, agar bencana tidak terulang lagi. Itulah salah satu tujuan saya mendukung program FGD yang digelar yayasan Panata Giri Raharja,” jelasnya.
Hasil kegiatan tersebut, lanjut Risdal, akan menjadi bahan kajian pihaknya untuk disampaikan kepada pihak terkait dan pemerintah agar mengeluarkan kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang lebih parah.
“Gerakan ini perlu dukungan semua pihak, sehingga semua stakeholder harus duduk bersama menciptakan solusi lakukan pencegahan melalui gerakan nyata,” Tegas Dadang.
Sementara itu, Mewakili Forkopimcam Pacira Dudung Camat Kecamatan Pasirjambu mengatakan, pihaknya akan mendukung gerakan yang dilakukan Panata Giri Raharja dalam penanganan kerusakan lingkungan.
“Kehadiran kami ke acara FGD merupakan bentuk dukungan pemerintah untuk mencari solusi dan mengantisipasi terjadinya bencana banjir bandang dan longsor,” Aku Dia.
Dudung menjelaskan, dengan adanya gerakan bersama menciptakan solusi memperbaiki alam dan lingkungan mulai dari kesadaran masyarakat bisa mengamalkan fungsi sungai secara utuh.
“Saya berharap dengan adanya gerakan nyata ini, bisa mengembalikan fungsi sungai seperti setia kala lagi dan Pacira khususnya wilayah Pasirjambu bebas dari bencana,” Tutup Camat Pasirjambu. ( BR. 01 )
Discussion about this post