Kamis, 16 Oktober, 2025

Ismawanto Somantri: Warisan Leluhur Adalah Akar Jati Diri Bangsa

Kab. Bandung, (BR.NET).– Dalam gelaran Tabligh Akbar bertajuk “Hajat Buruan Rumaksa Buana Sadara – Miasih Bumi, Beragama, Berbudaya, Bernegara” yang diselenggarakan oleh Paguyuban Saur Sepuh Pertiwi di Kampung Bebera, Minggu (27/7/25), Kepala Desa Tenjolaya, Ismawanto Somantri, hadir dan menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya melestarikan budaya Sunda sebagai akar jati diri bangsa.

WAJIBDIBACA

“Melestarikan budaya Sunda dan nilai spiritual warisan karuhun bukan sekadar nostalgia, tetapi fondasi moral dan karakter masyarakat kita. Jika akar budaya kuat, generasi akan tumbuh kokoh dan tidak mudah goyah,” ujar Ismawanto dalam sambutannya.

Acara yang berlangsung khidmat ini menjadi ruang reflektif bagi warga untuk merenungkan kembali pentingnya menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Lebih dari itu, momentum ini menjadi penegasan bahwa budaya Sunda bukan warisan mati, tetapi hidup dan tumbuh dalam keseharian masyarakat—sebuah semangat yang terus diperjuangkan oleh Ismawanto melalui kepemimpinannya.

Di mata warganya, Ismawanto dikenal sebagai sosok pemimpin yang dekat dengan masyarakat. Ia aktif hadir dalam berbagai kegiatan sosial, budaya, hingga spiritual di desa. Baginya, kepemimpinan bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan karakter, batin, dan identitas kultural warganya.

“Pemerintah desa sangat mendukung kegiatan seperti ini. Ini bukan sekadar seremoni, melainkan ruang edukasi nilai-nilai luhur. Kita tak boleh tercabut dari akar budaya, sebab dari sanalah kita berpijak dan melangkah,” tambahnya.

Di bawah kepemimpinan Ismawanto, Desa Tenjolaya dikenal aktif dalam pelestarian budaya lokal. Mulai dari penguatan kegiatan adat, pengembangan ekonomi berbasis budaya, hingga upaya pelestarian lingkungan hidup. Semua dijalankan dengan semangat raksa budaya, miasih bumi, jeung mikanyaah buana.

Apa yang dilakukan Ismawanto bukan demi pencitraan, melainkan bentuk warisan nilai yang ingin ia titipkan kepada generasi mendatang. Ia meyakini bahwa kemajuan tanpa akar budaya akan melahirkan masyarakat yang rapuh secara jati diri.

“Saya ingin anak-anak kita tumbuh bukan hanya cerdas secara teknologi, tapi juga memiliki akhlak, rasa hormat terhadap alam, budaya, dan sejarahnya. Itulah makna pembangunan yang sejati,” tutupnya. (Heri)

Berita Selanjutnya

Discussion about this post

KOLOM