Mega Konstelasi Satelit Starlink Ancam Observasi Luar Angkasa

JAKARTA (BR.NET).- Dengan mega konstelasi satelit, Starlink bisa memperkenalkan akses internet ke wilayah- wilayah terpencil tetapi pula mengecam kelangsungan riset astronomi berbasis darat.

WAJIBDIBACA

Para astronom dari Netherlands Institute for Radio Astronomy( ASTRON) baru- baru ini berkata kalau gelombang radio dari satelit- satelit kepunyaan SpaceX itu mengusik pengamatan luar angkasa lewat teleskop radio.

Kendala itu terjalin sebab gelombang radio yang dipancarkan satelit berinterferensi dengan teleskop radio. Bagi para pakar, generasi awal satelit Starlink telah memancarkan beberapa besar gelombang radio yang mengusik riset luar angkasa.

Lebih parahnya merupakan satelit generasi terkini, V2, yang sediakan akses internet kilat memunculkan inferensi 32 kali lebih kokoh daripada satelit tipe lebih dahulu.

Gimana satelit bisa mengusik riset astronomi yang memakai radio teleskop? LOFAR, teleskop radio kepunyaan ASTRON serta sangat sensitif, bekerja dengan mengetahui gelombang radio yang dipancarkan oleh objek- objek jauh di alam semesta, semacam galaksi serta planet. Gelombang ini membolehkan para ilmuwan buat menekuni fenomena yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Tetapi, satelit Starlink memancarkan radiasi elektromagnetik yang tidak disengaja, yang sangat kokoh serta mengusik deteksi gelombang radio yang lebih lemah dari objek kosmik tersebut.

Radiasi dari satelit Starlink, paling utama generasi kedua( V2), 10 juta kali lebih kokoh daripada sinyal terlemah yang umumnya ditangkap oleh LOFAR. Kendala ini membuat LOFAR susah membedakan antara sinyal kosmik yang di idamkan serta interferensi dari satelit, serta mengganggu keahlian LOFAR buat melaksanakan pengamatan yang akurat.

Jumlah satelit yang terus meningkat memperparah permasalahan ini, kurangi daya guna LOFAR dalam riset astronomi berbasis darat. Bagi informasi planet4589. org, hingga dengan bertepatan pada 19 September 2024, ada nyaris 6400 satelit kepunyaan Starlink yang lagi mengorbit pada ketinggian 550 km di atas bumi. Belum lagi satelit kepunyaan industri lain, semacam OneWeb yang mempunyai nyaris 600 satelit di orbit. Serta Amazon hendak mengorbitkan dekat 3000 satelit Kuiper. Walhasil pada tahun 2030, jumlah satelit di orbit bumi diperkirakan hendak menggapai lebih dari 100. 000.

Tidak cuma gelombang elektromagnetik, sinar yang dipancarkan oleh satelit pula dikhawatirkan mengusik kerja teleskop optis serta mempersulit pengamatan luar angkasa dengan mata telanjang.

Memandang fenomena ini, para periset menekankan perlunya regulasi yang lebih ketat dalam pengoperasian satelit guna melindungi riset ilmiah. Selaku penyedia satelit terbanyak, SpaceX diharapkan menetapkan standar buat kurangi polusi suara ataupun sinar.

Dilansir dari BBC, Direktur ASTRON, Profesor. Jessica Dempsey menganjurkan aksi simpel semacam melindungi baterai satelit buat kurangi radiasi, dan membetulkan permasalahan elektronik yang dapat menimbulkan kendala.“ Tanpa terdapatnya aksi, dalam waktu yang tidak lama, salah satunya konstelasi yang dapat kita amati merupakan konstelasi buatan manusia,” ucapnya.***

Berita Selanjutnya

Discussion about this post

KOLOM

Welcome Back!

Login to your account below

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Add New Playlist