BANDUNG (BR).-Kontingen NPCI Kota Bandung gagal mempertahankan predikat Juara Umum di ajang Pekan Paralyimpic Daerah (Peparda) 2018 yang baru saja dihelat di Kabupaten Bogor. Namun rontoknya dominasi Kota Bandung bukan lantaran superioritas tuan rumah, namun dibeberapa cabor telah terjadi beberapa hal yang aneh. Lantaran itu hakekat fairplay dan sportifitas di Peparda telah sirna.
Itulah benang merah Rapat Evaluasi pelaksanaan Peparda 2018 di Kabupaten Bogor dan evaluasi kontingen Kota Bandung yang digelar di sekretariat Percasi Komplek GOR Pajajaran Bandung, Jumat (22/11/2018). Untuk merinci kenapa target tidak tercapai, semua koordinator cabor, pelatih dan manajer dihadirkan pada rapat evaluasi itu.
Semua punya argumen masing masing. Memang banyak hal dari laporan seluruh koordinator cabor. Intinya semua bermuara pada hal-hal yang tidak mengenakan kaitannya dengan pelaksanaan Peparda di Kabupetan Bogor. Khususnya tentang mutasi atlet dan nomor nomor tambahan di beberapa cabor seperti mutasi dari cabor catur dan renang yang banyak sekali nomor nomor “siluman”.
“Mudah mudahan kedepan menjadi pelajaran bersama dan tentu jangan sampai terulang. Kita sebagai pelaku tentu merasa malu. Terutama soal mutasi. Dan format format itu harus sesuai dengan jadwal, misalnya format A tanggal berapa bulan berapa setelah itu rapat kordinasi lagi, format B juga begitu. Format C sebagai penentu sudah tidak ada lagi atlet dan nomor pertandingan yang ditambah,” ujar Ketua Umum NPCI Kota Bandung Adik Fahroji yang memimpin rapat evaluasi.
Adik mengatakan, kedepannya tentu harus ada regulasi yang lebih jelas seraya berharap tim keabsahan juga bisa mengawal atlet sampai pelaksanaan Peparnas di Papua. “Jangan sampai selepas Peparda tim keabsahan lepas tangan. Nanti soal regulasinya bagaimana, kita akan rapat di NPCI Jabar,” ujar Adik.
Menurut Adik, kalau mutasi atlet terjadi antar kota Kabupaten di Jabar, pihaknya merasa optimis atlet NPCI Kota Bandung masih bisa bersaing dan unggul. “Tapi kan yang terjadi dilapangan lain. Di Peparda barusan kita melawan atlet mutasi antar provinsi. Pada pelaksanaan Peparda hari pertama dan kedua kita masih optimis Kota Bandung bisa bersaing. Tapi pada pelaksanaan hari ketiga saya kaget, dominasi tuan rumah Kabupaten Bogor tampaknya tak bisa dibendung,” ujar Adik.
Adik menambahkan, update rekapitulasi medalipun tak pernah muncul. Karena itu pihaknya berpikir ini pasti tuan rumah mulai “bermain”. “Soal mutasipun prediksi awalnya tidak akan berlebihan tapi setelah melihat dilapangan prediksi saya meleset. Nanti semua akan dibentuk laporan ke Dispora dan mudah mudahan bisa tembus ke Gubernur. tujuannya tidak menyalahkan siapapun, tapi berharap kedepannya tidak terulang hal seperti ini di ajang Peparda,” tegas Adik. (BR.06)
Discussion about this post