Sumedang (BR).- Warga Cibalamoha, desa Cisarua, kecamatan Cisarua, Gelar Tradisi Bubur Suro, yang sampai saat ini masih dilestarikan sebagian masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Barat, Jum’at (19/8/2022).
Proses pembuatan Bubur Suro sendiri memakan waktu berjam-jam dari pagi hari dengan cara gotong royong oleh warga, terutama ibu-ibu. Bahan baku yang dimasak adalah beras, kacang tanah dan santan yang direbus dan diaduk secara terus-menerus hingga tercampur rata.
Camat Cisarua Eneng Yulia mengatakan, Bubur Suro dibuat secara gotong royong dan swadaya oleh masyarakat, baik biaya maupun proses pembuatannya.
“Warga terus menjaga tradisi ini agar tidak hilang karena penuh makna dan mengandung filosofi yang baik, diantaranya mempererat silaturahmi, mendoakan alam dan seisinya, khususnya untuk keselamatan dan kesejahteraan warga,” katanya.
“Masyarakat bergotong-royong membuat Bubur Suro lalu di doakan dan dimakan bersama. Ini dilakukan untuk melestarikan warisan leluhur sekaligus wujud syukur kepada yang maha kuasa,” tuturnya pula.
Sementara itu, Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir mengapresiasi warga Cibalamoha yang sampai saat ini masih terus melestarikan tradisi Hajat Lembur dan Bubur Suro.
Menurutnya, tradisi tersebut merupakan bagian dari pondasi dalam upaya membangun Sumedang dalam mewujudkan Visi dan Nisi Sumedang Simpati.
“Kita punya kewajiban melestarikan nilai-nilai budaya lama yang baik dan menggali nilai nilai budaya baru yang lebih baik,” ucapnya.
Oleh karena itu, bupati meminta kepada warga masyaralat Cibalamoha untuk menjaga nilai-nilai tersebut sebagai modal utama pembangunan.
“Saya lihat warga disini guyub, gotong royong. Kalau masyarakat kompak, apa yang kita inginkan bisa terwujud. Pertahankan kekompakan supaya Cisarua bisa maju,” harapnya. (BR-11)
Discussion about this post