Bandung. (BR) Seorang Pengamat Politik Tanggapi isu Rekomendasi DPP partai Golkar bagi Teh Nia, sebagaimana tersebar diberbagai media baik cetak maupun elektronik, hal itu disampaikan Tevinoer Syamsudin pada bandungraya. net Rabu (01/07/20).
Menurut Tevinoer, bahwa Pimpinan Pusat Partai Golkar terkait rekomendasi bacalon di Pilkada Dayeuh Bandung 2020, memang belum turun, dan Diagendakan Kamis, 2 Juli 2020 ini, setelah sebelumnya tertunda di Senin lalu.
” Kendati demikian, Cecep Suhendar, Wakil Ketua I DPD Golkar Kabupaten Bandung, dalam jumpa pers Selasa kemarin memastikan rekomendasi bacalon bupati diberikan kepada Hj. Kurnia Agustina , yang akrab dipanggil Teh Nia “.
Secara etika kepatutan tidaklah tepat claim turunnya rekomendasi ini, mengingat DPP Golkar sendiri belum mengumumkannya secara normatif. Namun, sebagai sebuah rerotika politik sah-sah saja, ujar Tevinoer.
Menurut. Tavinur Syamsudin yang akrab disapa Kang Tevi “Turunnya rekomendasi bacalon kepala Daerah kepada Nia Naser dalam Pilkada 2020 ini, bukan hal yang mengejutkan, sudah dapat diduga sebelumnya. Ini semacam tradisi di Golkar.
” Jadi, bukan hanya terkait isue dinasti semata. Dan ini juga berlaku di partai-partai lainnya. Sejarah di Golkar banyak menunjukkan fakta keberlanjutan pemerintahan daerah yang turun ke kerabat, anak, istri bupati atau walikota “.
Contohnya di Banten, Sulsel, Sumsel, Kutai Kartanegara Kaltim, dan banyak lainnya. Namun, terkait pilkada Dayeuh Bandung, yang jadi pertanyaan adalah bagaimana bacalon dari partai lain merespons tampilnya Nia di kontestasi pilkada kali ini, papar Tevi.
Lebih lanjut Kang Tevi menyampaikan bahwa “bacalon lain harus banyak belajar dari pilkada-pilkada sebelumnya, Varian tiga bacalon kali ini, katakanlah Nia – Gun Gun, Gun Gun – Yena merupakan model varian lama yang berulang.
Sambil Tertawa Tevi mengatakan, Iya ibarat lagu lama yang diaransemen ulang. Dan, sudah dapat ditebak akhirnya, Nia akan kembali unggul. Logika politiknya bagaimana? Di atas kertas Nia sudah dipastikan memiliki deposit 40 persen suara.
Dan Ucap Tevi, ini cukup untuk mengantarkannya memasuki kembali Rumah Dinas di Soreang, Sementara, baik Gun Gun atau Yena akan memperebutkan 60 persen sisa suara, imbuh Tevi.
Jelas Tevi, Akan sangat sulit bagi Gun Gun atau Yena mendulang suara lebih dari 40 persen dari sisa 60 persen suara ini, kendati secara elektoral atau popularitas Nia relatif rendah, namun Nia diuntungkan dengan posisi petahana.
Nia sudah memiliki jauh-jauh hari reserve suara yang dipelihara selama kepemimpinan rezim.
Ketambahan lagi Nia dapat bermanuver “menjajakan diri” dalam kampanye bersanding dengan program-program sosialisasi pemda, Tentu saja manuver ini tercover melalui anggaran-anggaran pemerintah daerah, Sesuatu yang sudah kasat mata dan sudah menjadi rahasia umum.” kata Dia.
Saat bandungraya. net idealnya bagaimana kontestasi pilkada ini berlangsung, Kang Tevi menegaskan “seyogyanya, baik Gun Gun atau Yena mencoba menurunkan retensi politiknya, Gun Gun dengan Yena harus bersatu dan mengabaikan perbedaan fatsum ideologis.
Kata Tevi, contoh Di Pilkada Mataram, duet PKS-PDIP menjadi kuda hitam tak tertandingi, Jika kemenangan yang menjadi tujuan, mereka harus bersatu sehingga deal kontestasi head to head dan kemungkinan mengalahkan Nia relatif terbuka.
Logikanya demikian, baik Gun Gun atau Yena sebenarnya telah memiliki deposit suara militan yang berorientasi partai, Katakanlah, PKS partai yang mengusung Gun Gun telah menyimpan suara tradisional sebanyak 300 ribu dan PDIP partai yang mengusung Yena telah menyimpan suara 250 ribu.
Berangkat dari modal suara 550 ribu, jika Gun Gun dan Yena mau berkoalisi bisa dipastikan akan mendulang lebih dari 50 persen suara pemilih. Katakanlah minimal 800 ribu suara jika suara setelah dipotong suara tidak sah dan golput berjumlah kurang lebih 1,5 juta suara pemilih, jelasnya.
Tapi Menurut Tevi, jika Gun Gun Dan Yena berjalan sendiri-sendiri dengan kepedeannya, dipastikan mereka mereka hanya menjadi subjek kontestasi semata, Jika hanya berkutat dalam egoisme politik untuk menjadi orang pertama atau orang kedua tanpa ada toleransi mengalah, tentu sangat sulit menghadapi keperkasaan petahana. Mungkin Yena dalam kelanjutannya jika terbangun head to head dapat berikhtiar lebih fokus meahirkan Kawasan Bandung Timur (KBT).”
Komentar Lain kang Tevi saat disinggung, adakah format pilihan lain dalam liga pilkada ini selain head to head? Kang Tevi melanjutkan argumennya “bisa saja kita mengusulkan duet pasangan Gun Gun – Dadang Supriatna (DS), Selain keduanya memiliki tingkat elektoral yang tinggi, mereka juga dianggap cukup mumpuni untu pengelolaan pemerintah daerah.
Pertanyaannya, bersediakah DS “berganti jaket”…? Dan dapat dipastikan, petahana akan berusaha habis-habis untuk menjegal peluang terbukanya pasangan ini, karena ini akan menjadi batu sandungan yang berat bagi petahana. Ditambah, partai mana yang akan berkoalisi jika pasangan Gun Gun-DS terbangun?”
Lantas, bagaimana pula dengan posisi Syahrul Gunawan? Sambil tersenyum Kang Tevi mengatakan “Syahrul itu sudah terkunci di Nasdem, Jika Gun Gun bersanding dengan Syahrul seperti format awal nampaknya cukup riskan. Tapi kalaupun jadi pasangan Gun Gun Syahrul, nampaknya Nasdem akan terlalu banyak berkorban. Saya cenderung Nasdem akan merapat ke petahana. Kalaupun selama ini Nasdem kerap menggelorakan tentang anti dinasti, itu tidak lebih retorika politik. Syahrul mungkin tetap akan dipergunakan, namun bisa jadi hanya sebatas jurkam.”
Sementara diutarakan Kang Tevi, seperti sempat berhembus Pasangan antara DS – syahrul, pertanyaanya mau berangkat dari parahu mana. Syahrul teu boga moda satu satunya Syahrul, adalah modalnya karena kerartisanya, selain itu bagi DS ga ada peluang untuk bisa berangkat dari partai lain, ucap Kang Tevi.
Di akhir wawancara, Kang Tevi menyampaikan bahwa “ di dalam politik tidak ada hitungan presisi matematis. Politik adalah pelajaran mengamati fenomena-fenomena perilaku dan emosi manusia. Kendati demikian, setiap fenomena memiliki bentuk yang relatif dapat diprediksi ke arah mana tujuannya. Semuanya kembali kepada adagium ‘politik itu berbicara tentang hal yang mungkin dan tidak mungkin’. Entalah, Pungkas Tevinoer. ( red**)
Discussion about this post