Pangalengan (BR)- Ribuan warga dari Desa Margamukti dan Sukamanah di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung yang tergabung dalam ” Pangalengan Bangkit “, melakukan aksi unjuk rasa di area helipad milik PT Star Energy geotermal (Persero), Mereka menuntut perusahaan panas bumi (geothermal) tersebut untuk tidak lagi melakukan pengalian sumur panas bumi baru.
Sementara Koordinator aksi Pangalengan Bangkit, Iman Abdurahman mengatakan, selama kurang lebih 20 tahun berdiri, perusahaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Star Energy geotermal, sama sekali tidak membawa manfaat bagi masyarakat di 13 desa di Pangalengan.
Alih alih membawa manfaat, justru pada 2015 lalu menyebabkan bencana longsor akibat ledakan pipa geotermal hingga mengurug Kampung Cibitung Desa Margamukti yang menewaskan puluhan nyawa warga.
“Sekarang mereka akan menambah sumur baru. Dimana aktivitas penggalian sumur itu juga merusak tanaman sayuran milik para petani disini yang belum dipanen, perusakan lahan pertanian seluas kurang lebih 6 hektar itu dilakukan pihak Star Energy tanpa permisi kepada para petani,” kata Iman disela aksi unjuk rasa, Rabu (4/8/2020).
Penggalian sumur baru yang dilakukan diwilayah Panon Arum Desa Margamukti, selain merusak tanaman sayuran milik masyarakat sekitar, dikhawatirkan juga dapat merusak kelestarian lingkungan. Ancaman kekeringan dampak dari pengeboran sumur panas bumi tersebut.
“Dari berbagai sumber menunjukan jika keberadaan sumur panas bumi dimanapun juga menyebabkan hilangnya sumber air bersih. Selain itu, ancaman bencana alam seperti longsor terus membayangi kami,” ujarnya.
Selama ini, lanjut Iman, pihak Star Energy telah melakukan pengeboran 17 sumur yang sudah beroperasi. Namun selain ke 17 sumur tersebut, terdapat beberaapa sumur yang diterlantarkan begitu saja. Sumur sumur yang terbengkalai hanya ditutup dan diingkari agar tidak ada masyarakat sekitar yang masuk ke area sumur.
“Beberapa sumur dibiarkan terbengkalai, kok sekarang malah membuat sumur baru,” katanya.
Sementara perwakilan kaum ibu yang disampaikan Hj. Tien Nurhayati (51 tahun) perwakilan buruh wanita menyampaikan bahwa pihak start energy geotermal sudah melakukan tindakan sepihak, terutama terhadap para tanaman para petani yang belum siap panen tapi sudah dibeko dan bouldozer oleh pihak start energy geotermal, hal itu sangat menyakitkan para Petani, ujar Tien.
“Sementara perkiraan kerugian yang timbul akibat kelakuan pihak start energy geotermal yang diderita petani sebesar Rp. 500 juta rupiah, selain itu lahan yang biasa dipakai bercocok tanam saat ini sudah musnah,” pungkas Tien. (BR.01)
Discussion about this post