SOREANG. ( BR. ) Empat poin Karakter disaat kondisi Pandemi Covid 19 yang disampaikan Pakar Pendidikan Kab. Bandung Prof. Dr. H. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd diantaranya Potret Karakter saat Pandemi, Peran Pendidikan Karakter saat Pandemi, Pendidikan Karakter sepanjang Zaman, Disampaikan tidak berurutan, tetapi mengikuti sistematika pemahaman Penyampaiannya, hal tersebut diucapkan Toto pada bandungraya. net melalui hubungan celuler Senin (07/09/2020).
Menurut Toto, Karakter dibicarakan serius sejak tahun 2006 oleh seluruh lapisan masyakat di Indonesia, dari lapisan masyarakat terendah sampai ke para petinggi Negara.
” Mengapa karakter baru dibicarakan sekarang Padahal karakter sudah ada sejak mahluk hidup diciptakan di muka bumi ?, karena saat ini bermuncuLan karakter-karakter ekstrim di masyarakat, seperti tidak jujur, tidak adil, tidak peduli, tidak disiplin, tidak respon, tidak produktif, dan yang lainnya,”ujarnya.
Ucap Pakar Pendidikan ini bahwa, Karakter ekstrim inilah yang dibicarakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Bahkan akhirnya orang nomor 1 di Indonesia turun tangan, beliau merumuskan susunan pedoman pembangunan karakter bangsa, salahsatunya adalah “Penguatan Pendidikan Karakter” .
Karakter akan terus dibicarakan di negara manapun, karena kaarakter merupakan indikator majunya sebuah negara, jadi maju atau tidak suatu bangsa bisa dilihat dari karakter bangsanya. Bagaimana hasilnya setelah digulirkan pedoman pembangunan karakter bangsa?,tegasnya.
Menurutnya, Belum ada produk dari pedoman pembangunan karakter bangsa yang bisa dibanggakan. Mengapa demikian?. Karena karakter yang selama ini dibicarakan, seperti yang disebutkan di atas, hanya macam atau jenis karakter, sehingga sulit para pelaksana di lapangan untuk merumuskan program pembangunan karakter, ucap Dia.
Seharusnya yang dibicarakan adalah “Apa itu karakter dan bagaimana terbentuknya”. Karakter yang selama ini dibicarakan sebenarnya adalah prilaku, yang muncul pada individu melalui proses yang disebut belajar.
Diutarakan Prof. Toto, Hasil belajar akan membentuk prilaku baru yang menjadi permanen. Prilaku permanen inilah yang kemudian disebut karakter, sehingga saya memberi arti karakter sesuai dengan terbentuknya yaitu “Prilaku permanen yang muncul pada seseorang,”.
Prilaku dikendalikan oleh pola di dalam memori, sehingga agar prilakunya sesuai dengan yang diharapkan maka harus dipola memorinya. Membangun pola memori inilah yang menjadi tugas pendidik, baik yang bertugas di Sekolah maupun yang di luar Sekolah, imbuhnya.
Lebih Jauh Toto mengatakan, Boleh dikatakan bahwa karakter suatu bangsa ditentukan oleh pendidiknya. Membangun memori berawal dari mengelola informasi, bila informasinya benar dan bagus maka di dalam memorinya juga akan terbentuk pola yang benar dan bagus.
Tugas ini hanya bisa dikerjakan oleh mereka yang mendapat Pendidikan dan pengalaman mengenai Ilmu Pendidikan. Dari penjelasan ini bisa dijadikan alasan mengapa pendidik harus mendapat pembinaan khusus baik keilmuan maupun pengalaman, terutama mengenai landasan Pendidikan, di antaranya taksonomi kognitifnya.
Akan tetapi menurutnya, Mengenai hal ini sudah pernah diterapkan saat mencatumkan syarat menjadi tenaga pendidik di perguruan tinggi. Tenaga pengajar yang berhak memegang mata kuliah ditentukan oleh kualifikasi dan pengalamannya. Jadi tenaga pendidik semakin banyak ilmu dan pengalamannya semakin baik kemampuan mendidiknya.
Bagaimana berkaitan dengan karakter yang muncul pada saat pandemic yang ramai dibicarakan saat ini? Yang kita temukan karakter saat ini bukan karakter yang terbentuk oleh pandemic, tetapi karakter yang dibentuk sebelum terjadinya pandemic. Karakter yang dibentuk oleh pandemic Covid-19 belum muncul. Kita harus waspada, karakter yang akan muncul setelah pandemic sangat mengkhawatirkan, terang Toto.
Disampaikan Prof. Dr. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd Apa saja karakter-karakter yang akan muncul, yaitu:
1. Rasa takut yang tidak jelas,
2. Berkurangnya silaturakhim,
3. Berkurangnya Kerjasama,
4. Berkurangnya percaya diri,
5. Berkurangnya disiplin,
6. Berkurangnya produktifitas.
Pungkas H. Toto, Ini perlu disadari dan diupayakan program penanggulangannya secara nasional. Yang paling harus diperhatikan adalah pengelolaan informasi, tidak boleh kurang tepat, tidak tepat, apalagi salah. “Terakhir, saya himbau para Pimpinan Daerah, harus menempatkan ahli Pendidikan di stukturnya dan harus benar diberi tanggung jawab untuk mengelola karakter masyarakat di daerahnya masing-masing,” ujarnya. (BR. 01)
Discussion about this post