Bandung (BR.NET).- Bantuan logistik bencana gempa yang disalurkan pemerintah maupun donatur dan relawan dikeluhkan kepala Desa Cibeureum Atep Ahmad. Kecamatan Kertasari kabupaten Bandung warga pengungsian banyak tertimbun di pemerintahan daerah perwakilan Sabtu (21/09/3024)
Pasca Gempa Bumi 2024 yang menurut BMKG titiknya berlokasi di Desa Cibeureum, Penduduk terbanyak yang terdampak gempa bumi tersebut di Desa Cibeureum sebanyak 1784 Rumah sedang dan ringan dan berat Alhamdulillah tidak ada korban jiwa.
Kades Cibeureum Atep Ahmad menuruturkan perjalanan ini sudah dilegitimasi oleh bupati, terkait dengan SK bupati tentang tahapan investigasi bencana tanggap darurat,dan tanggap darurat itu salah satu legitimasi hukum bahwa masyarakat korban dan Negara hadir untuk masyarakat yang terkena bencana .Hadir disitu untuk menjawab persoalan kebutuhan kebutuhan yang ada di warga.
Atep merasakan bahwa kurun waktu 4 hari ini dirinya terus komunikasi dengan posko utama.
“Pak tolong Proposional menjalankan sistem kebencanaan ini,bahwa saya desa Cibeureum jumlah penduduk kurang lebih 19 ribu,29 RW,118 RT merasa ini fungsinya tidak sesuai, jangan samakan dengan Desa Desa yang terdampaknya lebih sedikit.daei desa Cibeureum,”imbuhnya.
“Harapan saya selaku kepala desa, tolonglah proposional ,ini urusan bencana, urusan kemanusiaan jangan ada kepentingan kepentingan di dalam bencana imi.”Ini panggilan jiwa,Ladang Amaliyah kita ,ladang ibadah kita,ruang ibadah dan ruang amal kita,” lirihnya.
“Mari kita sama sama duduk,bahwa saya sebagai kepala Desa yang terdampak bencana ini merasa perih,sedih, dengan kondisi ini ketika tiga hari ini belum mendapatkan hak nya dari fasilitas negara dengan tahapan tanggap darurat tersebut”jelasnya
Awalnya merasa kenapa dirinya selaku kepala desa, tidak dilibatkan Persoalan dalam tanggap darurat untuk menyiapkan tenda darurat pengungsian yang mana mungkin lapangan sepakbola itu harusnya diisi oleh semua RW yang terdampak untuk dihuni, tapi ini ada tiga RT yang menghuni ditenda satu RW. Masih banyak kebayang gak 118 RT ini tentunya tiap hari ke desa, sementara desa kan sumbernya di Posko pusat.
“Artinya dalam hal ini kemana Panitia pelaksana atau kepala kebencanaan Kertasari ini,” imbuh Atep.
Seharusnya komunikasi dengan pimpinan pimpinan kepala desa biar sinergi biar terbangun sebuah sistem pemerataan.
“Ieu mah aya nu kadinya bere, Aya nu kadinya bere tempo desa kesana teh jadi goreng , kebayang teu saya dikasih pertama dikasih 50 terpal terus 50 matras,Mie 50 Dus,Beras 5 karung (25kg) kebayang saya harus membagikan seperti apa ke masyarakat Yang berjumlah 29 RW ini,” ujar Atep.
“Tentunya dengan hilir mudiknya bantuan ke posko utama itu,ini menjadi fitnah terhadap kepala Desa,saya di demo oleh Ibu Ibu datang kedesa,dan saya tidak tahu memprovokasi warga untuk datang ke desa, Semua kenyataan nya di Posko Utama bantuan bantuan logistik”terangnya
Untung yang hadir disini kalau tidak ada relawan relawan, tidak kebayang, untung saya ada jaringan jaringan yang mengetuk hatinya para dermawan untuk Hadir membantu sedikit demi sedikit, kalau tidak seperti itu,wah kelabakan saya selaku kepala desa.
Lanjut Atep pasca gempa hari rabu jam 09.00 Wib, dan jam 11.00 wib saya membikin tim pemerintah desa,BPD hadir,Karang taruna hadir membuat sebuah sistem, Assessment semua kebutuhan warga semua saya kerahkan,jam 11.00 sudah muncul kebutuhan kebutuhan warga dibawah.Tujuan saya tadi akan membuat sistem, Posko Utama di desa,dan saya akan buat posko posko di tiap RW biar terkawal distribusinya dan tidak berceceran semua merasakan bantuan bantuan itu tersalurkan melalui sistem RW ,RT
“Selama ini belum ada, jika kesana langsung dikasih ke posko utama tanpa melalui desa, katanya harus pakai usulan dari desa, pertanyaan siapa yang membuat aturan dan siapa yang melanggar, dan saya mengusulkan tidak sesuai, saya mengajukan 300 anggap per satu desa ini keluar 50 jadi tidak sesuai dengan usulan usulan dengan ajuan,”tutupnya. (Gum)
Discussion about this post