Bandungraya.net – Bandung Barat | Perhutani KPH Bandung Utara menerapkan skema buka tutup objek wisata alam terbuka yang berada di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Hal tersebut seiring dengan cuaca ekstrem yang terjadi dalam dua pekan terakhir.
Untuk diketahui, Perhutani KPH Bandung Utara memiliki 11 objek wisata bertema alam yang berada di bawah naungan Perhutani ataupun dikelola secara swakelola oleh mitra Perhutani. Kesebelas lokasi tersebut tersebar mulai dari kawasan Parongpong, Cisarua, hingga Lembang.
Asisten Perhutani KPH Bandung Utara, Susanto mengatakan, skema buka tutup objek wisata bagi kunjungan wisatawan dilakukan secara situasional. Ketika kondisi turun hujan deras maka otomatis tiket kunjungan ditutup dan dibuka lagi ketika cuaca sudah normal.
“Sistem buka tutup itu sifatnya situasional dilakukan oleh pengelola setiap objek wisata. Jadi tidak ditutup secata total selama cuaca ekstrem, tapi fleksibel,” ujar Susanto, saat dihubungi melalui telepon seluler, Jumat (19/11/2021).
Susanto menjelaskan, ada prosedur yang diterapkan oleh pengelola wisata ketika menerapkan aturan buka tutup kunjungan. Misalnya ketika hujan turun dengan angin kencang dan berpotensi ada bencana hidrometeorologi pasti akan ditutup.
“Mitra pengelola di kalangan pelaku wisata, sudah mengetahui kondisi di wilayahnya masing-masing. Jadi ketika cuaca kurang mendukung, sudah tahu apa yang harus dilakukan,” terangnya.
Penerapan mekanisme buka tutup objek wisata Perhutani berlaku selama prediksi cuaca esktrem terjadi. Apalagi ada arahan dari BPBD Kabupaten Bandung Barat untuk menerapkan mekanisme serupa.
Jika saat proses penutupan objek wisata dilaksanakan, namun di dalamnya masih ada pengunjung, maka pengelola bakal mengarahkan pengunjung untuk berkumpul di satu titik aman yang sudah ditentukan.
Sementara itu dalam beberapa pekan terakhir, pihaknya mencatat setidaknya ada 17 kejadian pohon tumbang di area wisata Perhutani akibat cuaca ekstrem. Kebanyakan pohon yang tumbang karena sudah keropos dan tua karena di tanam pada periode 1962-an.
“Pohonnya memang sudah tua, beruntung tidak ada korban akibat kejadian pohon tumbang tersebut. Sebagai upaya penggantian pohon baru, kita juga ada program revitalisasi hutan lindung di sela-sela pohon tua,” jelasnya. (Red)
Discussion about this post