BANDUNG (BR).- Limbah menjadi persoalan serius terutama di perkotaan. Limbah justru seringkali menjadi bagian dari masalah dalam lingkup produksi.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi bersih (PRLTB) menjalin kerja sama dengan PT Sinerga Nusantara Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan dan peolahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Selama ini pengolahan limbah hanya bertujuan agar limbah tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Tetapi belakangan PT Sinerga justru menarik minat pada riset-riset pemanfaatan limbah organik menjadi produk yang bermanfaat salah satunya menjadi pupuk. Untuk meningkatkan kualitas risetnya PT Sinerga menginisiasi kerjasama riset dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi bersih (PRLTB).
Kepala PRLTB Sasa Sofyan Munawar mengatakan bahwa kesepakatan yang terjadi hari ini merupakan lanjutan dari pertemuan terdahulu yaitu mengenai kerja sama riset daur ulang limbah organik industri untuk sektor pertanian, ungkapnya dalam acara penandatanganan perjanjian kerjasama PRLTB BRIN dengan PT Sinerga Nusantara Indonesia, Jumat (29/7) lalu.
“Kerjasama ini terkait dengan tiga hal yaitu riset dan inovasi, kekayaan intelektual, dan knowledge sharing. “Nantinya tema riset sesuai dengan kebutuhan PT Sinerga, jadi antara riset dan bisnis itu nyambung,” jelas Sasa.
Selain itu, menurut Sasa yang tidak kalah penting yaitu unsur kebaruan (novelty). Unsur kebaruan dalam riset bagi periset sendiri nantinya dapat menghasilkan publikasi ilmiah dan bagi industri bisa dalam bentuk kekayaan intelektual.
“Bagi industri kekayaan intelektual itu penting, apalagi jika nantinya akan diproduksi di tempat lain, kecuali jika itu merupakan produk lisensi,” tambah Sasa.
Didalam perjanjian kerjasama ini juga ada lingkup knowledge sharing. Di PRLTB BRIN ada forum ilmiah yang dilakukan secara rutin melalui daring yaitu EnviroTalk. Di EnviroTalk inilah para mitra baik perguruan tinggi maupun industri dapat berbagi pengetahuan dan pengalamannya.
“Jika riset skala laboratorium mungkin periset bisa, tetapi kalo sudah skala industri (scale up) mungkin saja tidak berhasil, justru mungkin bapak ibu di PT SNI ini yang lebih berpengalaman, disinilah pentingnya knowledge sharing,” tutup Sasa.
Sementara itu, Direktur PT Sinerga Nusantara Indonesia Bahrudin Manurung mengatakan bahwa kami sangat antusias dengan kerjasama riset antara PT Sinerga dengan BRIN. Sinerga sudah melakukan beberapa riset dan telah menghasilkan produk yang berguna.
“Lebih lanjut Bahrudin menjelaskan bahwa saat ini kami sedang melakukan riset mengenai asam amino dan gliserin untuk pupuk. Akan tetapi, kami tidak tahu bagaimana komposisi masing-masing untuk mencampurkannya dan standar yang digunakan. Padahal kalau dilihat dari parameter pertanian, pupuk yang kami hasilkan saat ini tergolong baik kualitasnya karena mengandung unsur makro dan mikro,” ungkapnya.
Gliserin atau gliserol, lanjutnya, paling banyak dihasilkan dari limbah minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Sayangnya, gliserin yang melimpah tanpa pengolahan justru menjadi masalah baru yaitu limbah.
“Mengapa gliserin tidak bisa langsung digunakan, padahal di kami gliserin bisa menjadi bahan baku, ternyata gliserin yang langsung dari limbah CPO memiliki pH yang tinggi sekitar 12, sehingga jika langsung digunakan sebagai pupuk akan mati,” jelasnya
Bahrudin berharap dengan kerjasama ini, riset-riset yang dilakukan bersama dapat memghasilkan produk yang berhasil guna dan berdayaguna.
“Riset yang kami lakukan secara internal saat ini mungkin belum memenuhi kaidah ilmiah, oleh sebab itu bersama PRLTB BRIN saya berharap nantinya ada kontrol riset,” pungkasnya. (BR-05)
Discussion about this post