Kab. Bandung (BR.NET).- Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung berpendapat bahwa Pembelajaran atau Proses Belajar Mengajar, pada kurikulum tahun 1975 disebut Instructional.
Sehingga tujuannya juga disebut tujuan Instruksional. Pembelajaran atau Instruksional merupakan Langkah yang dilakukan pendidik untuk mencepai tujuan yang sudah dirumuskan, Ujar Prof. Dr. H. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd, Pada Jumat 15 Desember 2023.
Menurut Prof. Toto Sutarto, Langkah pembelajaran ini mengikuti tahapan rumusan tujuan operasional yang dirumuskan oleh pendidik (guru), semua tahapannya sudah jelas harus sesuai dengan Level of Competence (LCO), Kata Dia.
” Seorang guru mengajar ada urutannya, yaitu enam level mulai dari Knowledge (pengetahuan) hingga kemampuan melakukan penilaian secara menyeluruh (evaluation) “.
Dikatakan Toto Sutarto Gani Utari, setelah merumuskan tujuan pengetahuan, naik ke level Comprehension (pemahaman), yaitu mendidik peserta didik agar terbentuk kemampuan pemahaman, yang terdiri dari kemampuan translation, interpretation, dan extrapolation. Pada tahap pemahaman ini ada level khusus yang berkaitan dengan kegiatan outing class, study tour, belajar di lapangan (kuliah lapangan).
Jadi menurut Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung, out class itu ada dalilnya, yaitu sesuai dengan urutan bagaimana seharusnya seorang guru mengajar, tetapi harus benar menempatkannya alias jangan asal melakukan giat saja.
” Apabila outing class ini salah penempatannya akan terasa salah di pandangan setiap orang “.
Masik Kata Prof. Toto, Kemampuan interpretation yang berarti kemampuan menapsirkan, kemampuan itu dibangun oleh pengalaman sehingga harus dilakukan dengan menimba pengalaman seperti melakukan study tour atau outing class.
” Kemampuan ini diawali dengan memiliki konsep dasar, kemudian mampu memberi makna setiap konsep dasar yang sudah dimilikinya, semua atas binaan dan tanggung jawab guru. Setelah itu baru siswa diajak untuk mencari pengalaman tentang semua yang sudah dimilikinya, agar nanti dia mampu menapsirkan setiap konsep yang sudah mampu dimaknainya”, Tuturnya.
Jelas Prof Toto, Kurikulum Indonesia sentralisasi, yang harus dikembangkan oleh setiap daerah sesuai dengan potensi dan budaya daerahnya masing-masing.
” Setiap guru harus mampu mengembangkan kurikulum sesuai mata pelajarannya masing-masing berbasis budaya dan potensi daerahnya masing-msing. Harapannya agar sekolah akan menjadi laboratorium daerahnya masing-masing, “.
Sambung Toto Sutarto, Dalam rangka membantu program kerja pemerintah daerahnya ikut memikirkan bagaimana memecahkan masalah yang ada menjadi sebuah Innovasi peningkatan pembangunan daerahnya.
” Jadi outing class tidak dilakukan di daerah lain, karena daerah lain tanggung jawab sekolah di daerahnya masing-masing “.
Setelah dipahami posisi outing class seperti itu tugas sekolah adalah merumuskan proposal dari setiap guru berdasarkan mata pelajarannya untuk menimba pengalaman peserta didiknya, sehingga semua peserta didik akan mampu beriterpretasi tentang daerahnya masing-masing.
Proposal tersebut dibuat secara keseluruhan mata pelajaran di semester yang sudah dilakukan pembelajarannya, selanjutnya Proposal yang sudah disusun harus dibaca oleh orang tua agar mereka paham mengapa sekolah melakukan outing class, Terang Prof. Toto Sutarto Gani Utari.
Diungkapkan Prof. Toto, selain itu orang tua harus dapat memahami biaya yang harus dikeluarkan dan peruntukannya agar anak-anaknya nanti terbentuk kemampuan menapsirkan sesuai konsep yang sudah dikuasainya.
Ditegaskan Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bandung, Beberapa sekolah belum memahami posisi outing class itu di mana dan bagaimana melakukannya dengan benar, sehingga berakibat dianggap beban oleh orang tua karena tidak ditemukan sasaran outing class tersebut.
“Mari kita luruskan pelaksanaan outing class atau study tour pada posisi sebenarnya sesuai dengan level of competence,”tukas Prof. Dr. H. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd. *****
Discussion about this post