Bagi pengusaha magot, usahanya terus berjalan tanpa sibuk mencari pakan untuk magot karena sudah tersedia di masyarakat baik di antar langsung oleh masyarakat, maupun di ambil oleh pengusaha dimana sudah di pisah antara sampah organi dan an ‘organik.
Selain itu diucapkan Wawan, budidaya magot sangat ramah lingkungan karena walaupun pakannya sampah organik namun di tempat pemeliharaan tidak muncul bau busuk, karena magot tidak menyukai yang berbau busuk, karena berbeda dengan lalat lokal baik seperti lalat hijau, lalat lokal di larvanya terdapat bakteri penguray mempercepat pembusukan, sedangkan magot tidak memiliki pengurai bakteri pengurai, sehingga di pelihara di lingkungan penduduk pun aman tidak ada yang memprotes akibat bau yang dihasilkan.
Menurutnya, semua bagian bisa di jual dari magot, diantaranya telur yang nantinya untuk di tetaskan biasanya pembeli adalah pengusaha magot baru, kemudian larva dewasa pembelinya merupakan petani ikan atau ternak, karena magot sangat tinggi protein sehingga baik untuk kesehatan ikan dan unggas peliharaan, bahkan ada juga pembeli khusus di buat tepung untuk di jual kembali tepunya ke konsumen pencinta ikan hias atau burung, sedangkan pupa atau kepompong di jual sama seperti telur untuk pemilik usaha untuk di pelihara nantinya untuk menjadi induk setelah menjadi BSF ” ungkap Wawan.
Discussion about this post