Baleendah (BR).- Era digital dan pesatnya perkembangan media sosial saat ini, tidak jarang membuat orang tua seringkali khawatir terhadap pertumbuhan dan pergaulan anaknya, terutama anak yang menjelang remaja.
Sebagai pengelola lembaga pendidikan tingkat SMP, Ketua Yayasan Pendidikan Prima Cendekia Islami, Prof. Dr. Dadan Wildan, M. Hum, kerapkali menerima banyak pertanyaan dalam menghadapi siswa di era media sosial saat ini.
Menurut Prof. Dadan, Siswa SMP yang beranjak remaja memerlukan fondasi iman, ilmu, dan akhlak yang kuat. Dari kesadaran itu, SMP Prima Cendekia Islami (SMP PCI) di Baleendah Kabupaten Bandung ini, memberikan fondasi Qurani, ragam kegiatan keislaman, hingga mata pelajaran khusus adab akhlak yang diberi judul mata pelajaran “Minhajul Muta’alimin”, Ujarnya Rabu 14 September 2022..
” Siswa SMP yang beranjak remaja, harus terus menerus berada di bawah pengawasan orang tuanya jika di rumah, dan pengawasan gurunya jika di sekolah” Ungkap Dia.
Orang tua dan pihak sekolah, tidak boleh berhenti, tidak boleh bosan untuk selalu mengingatkan putra putrinya untuk berhati-hati dalam menggunakan sosial media. Sebisa mungkin, anak-anak dilarang untuk berjumpa dengan orang yang baru dikenalnya di media sosial tanpa pendampingan. Mereka juga tidak boleh membagi lokasi terkini kepada yang baru dikenalnya. Apalagi sampai mengirim foto diri dan kegiatannya, jelas Prof. Dadan.
Sementara itu, Pembina Sekolah SMP PCI, Ibu Hj. Siti Komariah, Dra., M. Si., Ph. D., mengemukakan bahwa SMP PCI saat ini menerapkan full-day school. Salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi ruang anak bermain di luar tanpa pembinaan dan pengawasan.
Selain itu, SMP PCI juga tidak memberi tugas Pekerjaan Rumah, agar waktu di rumah bagi para siswa lebih dekat dengan orang tuanya. Orang tua dapat lebih dekat dengan putra putrinya. Dapat juga menjadi teman yang mendengarkan cerita mereka seharian. Untuk tugas tugas sekolah, kami berikan waktu khusus satu jam, free time atau unfinished task untuk mengerjakan tugas-tugas yang dituntaskan di sekolah, ujar Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia ini.
Ibu Siti juga menyarankan agar orang tua sebisa mungkin mengetahui aktivitas anaknya di media sosial, dengan cara berteman dengan anaknya atau teman-teman anaknya. Hal lain yang paling dibutuhkan dalam mengawasi sosial media remaja adalah pengertian orang tua dan sikap saling percaya. Melalui sikap saling percaya ini, anak-anak yang beranjak remaja itu akan merasa nyaman dalam kesehariannya dalam bersosial media, ujar Sosiolog yang menyelesaikan gelar doktornya di Universiti Malaya Kualalumpur ini.
Di sekolah, tentu kami bisa saja menerapkan aturan bermedsos. Tetapi tidak bisa, menerapkannya di luar sekolah. Karenanya, sekolah hanya dapat memberi arahan, bimbingan, pengetahuan, dan pemahaman, melalui proses pembelajaran, kegiatan yang memberi wawasan keislaman, pembentukan karakter, hingga pemahaman bermedia sosial yang sehat. Hasilnya, kembali kepada siswa, kesejalanan orang tua dalam mendidik, dan tentu saja berdoa agar anak-anak dijauhkan dari ketergantungan bermedia sosial yang tidak jelas manfaatnya, tutup pembina SMP PCI ini. (BR. 01)
Discussion about this post