Oleh Dadan Wildan
Arab Saudi ( BR. NET) Di bulan suci Ramadhan 1446 H yang penuh berkah dan ampunan Allah, saya kembali ditakdirkan untuk menunaikan ibadah umrah di bulan Ramadhan bersama PT. Karya Imtaq penyelenggara ibadah haji khusus dan umrah dibawah naungan jamiyyah Persatuan Islam (Persis).
Pesawat Saudia dengan nomor penerbangan SV 819 yang menerbangkan kami dari Jakarta ke Jeddah, mengudara dari bandara Soekarno Hatta tepat pukul 19.05, Rabu, 5 Mei 2025
Duapuluh menit sebelum mendarat di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, ihlal umrah dikumandangkan tepat diatas miqat. Jemaah yang akan datang “mengetuk pintu Allah” memulai ihlal ihram dengan mengucapkan ”labbaika umratan” (Ya Allah! Kami penuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah umrah).

Ihlal umrah dilanjutkan dengan membaca talbiyyah bersama sama. Bacaan yang melambung memenuhi ruang udara di angkasa menembus langit… “labbaika allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak”.
Talbiyah dibaca terus berulang-ulang; tak terasa air mata menetes, bibir basah dengan talbiyah. Hati terharu atas anugrah Allah yang memberikan kesempatan umrah di bulan suci ramadhan tahun ini.
Di malam yang hening itu, kalimat talbiyah terus dibaca lirih dalam perjalanan darat dari bandara King Abdul Aziz menuju tanah haram; kota Mekkah Al-Mukarramah.
Hari Kamis, 6 Maret 2025, pukul 07.00 kami bersiap menunaikan ibadah umrah. Dipagi hari yang lembut berawan, hanya dengan dua helai kain ihram putih yang menempel di tubuh, kami memulai mengitari kabah yang agung; berputar tujuh putaran dalam lingkaran mardhatillah. Putaran demi putaran terlewati hingga putaran ketujuh. Peluh mulai menetes karena padatnya manusia, namun kami rasakan sebagai tetesan rahmat dan karunia-Nya di depan kabah yang berwibawa.
Selesai putaran ketujuh, kami menuju Makam Ibrahim dan berdoa lalu shalat dua rakaat, mengakhiri thawaf untuk selanjutnya menuju bukit shafa memulai sa’i dari shafa ke marwah.
Di bukit shafa, tak kuasa air mata menetes ketika takbir dikumandangkan tiga kali dan berdoa seraya mengangkat tangan; memohon ampunan Allah. Kami berdoa khusyu. Selesai berdoa, kami menuju bukit marwah dan kembali berdoa dan terus berdoa dari bukit shafa ke bukit marwah hingga putaran ketujuh.
Sebelum sempat tahalul, saya dikejutkan oleh jamaah satu grup yang tiba tiba terjatuh, tepat di bukit marwah. Di tengah ribuan manusia yang berpakaian ihram. Ia terjatuh disamping istrinya yang ia dorong dengan kursi roda sejak thawaf hingga mengakhiri sa’i.
Sebelum prosesi ibadah umrah dimulai, almarhum sebut saja Pak Asep berusia 68 tahun, meminta izin untuk membawa kursi roda untuk istrinya. Muthawif siap membantu mendorong kursi roda istrinya. Namun Pak Asep menolaknya. Apapun yang terjadi, ia harus mendampingi istrinya.
Prosesi thawaf dan sai berjalan lancar. Pak Asep dengan setia mendorong kursi roda yang dinaiki istrinya. Jamaah juga dapat terus bersama sama ditengah padatnya jamaah umrah di bulan ramadhan.
Namun usai Sai putaran terakhir di bukit marwah, tiba tiba Pak Asep terjatuh. Tidak sadarkan diri. Disamping kursi roda istrinya. Askar dan petugas kesehatan sigap membantu. Muthawif yang mendampingi, merasakan denyut nadi Pak Asep sudah tidak ada. Untuk memastikannya, Pak Asep segera dibawa ke Rumah Sakit Alharam Emergency Hospital yang baru selesai dibangun disamping Masjidilharam. 300 meter dari Bukit Marwah.
Saya berlari mengikuti mobil ke rumah sakit. Hujan turun rintik rintik. Dokter memastikan, Pak Asep wafat. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Entah amalan apa yang dimiliki Pak Asep. Ia bekerja sebagai pedagang beras. Seringkali menunaikan ibadah umrah. Menurut istrinya, Pak Asep bercita cita wafat di tanah suci Mekkah. Keinginannya terpenuhi.
Asy syahid Bapak Asep wafat di Bukit Warwah Masjidil haram. Wafat di bulan suci Ramadhan. Wafat usai menunaikan ibadah umrah. Wafat dalam keadaan shaum. Wafat masih dalam balutan kain ihram. Wafat dengan penuh kesetiaan mendorong istrinya di kursi roda selama ibadah umrah.
Karena wafat di masjidilharam, dokter Rumah Sakit Alharam Emergency Hospital menyebut almarhum Pak Asep dengan sebutan mulia, Asy Syahid Al-Haram. Wafat yang indah di masjidilharam.( ** )
Discussion about this post