“Pihak yayasan juga berkomitmen untuk memenuhi semua fasilitas pembelajaran untuk prestasi belajar siswa yg lebih baik, tuturnya menegaskan,” imbuhnya.
Biasanya pihak yayasan pengelola sekolah swasta, tidak fokus ke perpustakaan. Kebanyakan fokus ke sarana bangunan. Bagi kami, sekali lagi perpustakaan itu jantungnya ilmu. Disitulah seharusnya diberikan perhatian yg lebih besar.
Hal lain yang digagas Kang Dadan di sekolah ini adalah menjadikan musholla sekaligus perpustakaan. Musholla itu harus menjadi ruang terbaik dari semua ruangan yang ada.
Saya ingin, membalikan kesan, di sekolah yg tidak ada mesjid, biasanya mushola di sekolah itu hanya ruang kecil yang terpinggirkan. Di sekolah ini, musholla bahkan merangkap dengan perpustakaan Islam, Tutur Prof. Dadan, yang menuangkan gagasan visioner.
Tegas Kang Dadan, saya ingin mushola menjadi ruang favorit yg menyenangkan. Saya ingin menunjukkan mushola itu miniatur dari peradaban islam, tuturnya menambahkan.
Di sekolah kami, dengan tanah yg sempit, kami tidak punya mesjid. Namun, satu ruang kelas kami dijadikan musholla. Ruang kelas itu disetting menjadi ruang terbuka. Di langit langitnya, dihiasi mural kaligrafi. Sisi kanannya, mural ka’bah di masjidilharam.
Disisi kiri disiapkan rak buku tempat kitab-kitab klasik dengan berbagai judulnya, plus buku buku islam kontemporer. Rasanya belum ada sekolah yang menerapkan konsep library cafe untuk perpustakaannya dan menjadikan musholla merangkap perpustakaan Islam, hanya ada di SMP Prima Cendekia Islami, pungkasnya sambil tersenyum.( BR. 01 )
Discussion about this post