Penulis : Tyoffadhil Haidar Ismail
PURWAKARTA (BR.NET).- Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI), khususnya ChatGPT, dapat berpengaruh terhadap minat belajar mahasiswa, terutama dalam mata kuliah pemrograman internet.
Studi ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Sistem dan Teknologi Informasi angkatan 2023 dengan melibatkan 50 mahasiswa sebagai responden.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebanyak 60% mahasiswa secara rutin menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik mereka. Namun, yang mengejutkan adalah mahasiswa yang lebih sering menggunakan ChatGPT cenderung memiliki minat belajar yang lebih rendah dibandingkan mereka yang jarang menggunakannya.
Rata-rata skor minat belajar bagi mahasiswa pengguna rutin ChatGPT adalah 2.5 (dari skala 5), sedangkan mahasiswa yang jarang menggunakan alat ini memiliki skor rata-rata 4.0.
Dalam analisis lebih lanjut, penelitian ini menggunakan uji regresi linier dan menemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara penggunaan ChatGPT dan minat belajar mahasiswa (p < 0.05). Artinya, semakin sering mahasiswa mengandalkan ChatGPT, semakin rendah motivasi mereka untuk secara aktif memahami materi pemrograman internet.
Meskipun demikian, peneliti juga mengemukakan asumsi bahwa hasil ini bisa terjadi bukan semata-mata karena penggunaan ChatGPT, tetapi mungkin juga disebabkan oleh faktor lain,
seperti rendahnya ketertarikan mahasiswa terhadap mata kuliah pemrograman internet sejak awal.
“Hasil ini bisa terjadi mungkin dikarenakan tidak banyak mahasiswa yang memiliki minat tinggi di pemrograman internet, sehingga mereka lebih mengandalkan ChatGPT sebagai solusi
instan dibandingkan berusaha memahami materi secara mendalam,” tulis laporan penelitian tersebut.
Meskipun sebanyak 60% mahasiswa mahasiswa banyak yang ketergantungan terhadap AI, sebanyak 40% mahasiswa banyak juga yang menggunakan AI akan tetapi tidak ketergantungan
terhadap AI, banyak dari mereka yang menggunakan referensi lain seperti youtube, buku pembelajaran, dll. yang menunjukan tidak sepenuhnya Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sistem dan Teknologi Informasi turun minat belajarnya, dan juga minat mereka terhadap semua mata kuliah pun juga berbeda beda.
Fenomena ini mengindikasikan adanya tantangan bagi institusi pendidikan dalam menyeimbangkan pemanfaatan teknologi dengan metode pembelajaran konvensional.
Di satu sisi, teknologi seperti ChatGPT menawarkan kemudahan dalam mengakses informasi dan menyelesaikan tugas dengan lebih cepat. Namun, di sisi lain, ketergantungan yang berlebihan terhadap AI berisiko mengurangi keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran aktif, yang seharusnya melibatkan analisis, eksplorasi, dan pemecahan masalah secara mandiri.
Untuk mengatasi masalah ini, penelitian ini merekomendasikan agar institusi pendidikan merancang strategi pembelajaran yang lebih seimbang.
Para dosen disarankan untuk tidak hanya mengandalkan tugas berbasis teks atau kode yang bisa dengan mudah diselesaikan oleh AI, tetapi juga memberikan tantangan yang mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
Pendekatan ini dapat berupa tugas berbasis proyek, diskusi kelompok, atau presentasi yang menuntut pemahaman lebih mendalam terhadap materi. Selain itu, penelitian ini menyoroti pentingnya literasi digital dalam penggunaan teknologi AI.
Mahasiswa perlu dibekali dengan pemahaman yang lebih baik mengenai cara memanfaatkan ChatGPT sebagai alat bantu yang mendukung proses belajar, bukan sebagai pengganti
pemahaman akademik yang sesungguhnya.
Pelatihan dan workshop mengenai pemanfaatan teknologi AI secara bijak dapat menjadi langkah awal dalam membentuk pola pikir mahasiswa agar lebih bertanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan belajarnya.
Dengan adanya temuan ini, diharapkan institusi pendidikan dan tenaga pengajar dapat lebih sadar akan dampak teknologi AI terhadap perilaku belajar mahasiswa. Penelitian lebih lanjut
juga diperlukan untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana teknologi dapat diintegrasikan secara efektif dalam sistem pembelajaran tanpa mengurangi motivasi dan minat belajar
mahasiswa.
Di era digital ini, tantangan dalam dunia pendidikan terus berkembang. Bagaimana institusi pendidikan menyikapi perubahan ini akan sangat menentukan masa depan mahasiswa dalam
menghadapi dunia kerja yang semakin bergantung pada teknologi.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran yang tidak hanya memanfaatkan AI sebagai alat
bantu, tetapi juga tetap mempertahankan semangat eksplorasi dan pemecahan masalah di kalangan mahasiswa.( ** )
Discussion about this post