Ryno tidak menampik bahwa politisi yang menggunakan media sosial kerap menjadi sasaran kritik nitizen. Yang terpenting adalah, politisi sudah menggunakan media sebagai alat untuk menyampaikan visi serta aspirasi pemilih.
“Saran untuk komunikasi di partai politik tidak langsung bersifat hard selling. Harus bisa menyampaikan visi dan aspirasi terlebih dahulu dan bisa diterima. Walaupun nanti akan ada kritikan atau pertanyaan tapi itu wajar. Yang penting sudah dikomunikasikan dengan baik visinya, motivasi, aspirasi kita”, lanjut Ryno.
Ryno juga memaparkan bahwa konten di medsos telah mengalami banyak perubahan yang begitu cepat. Awal-awal kemunculan medsos, pengguna kerap memposting dan berbagi cerita dalam bentuk teks dan narasi yang cukup panjang. Kini, konten tersebut mulai ditinggalkan karena dinilai kurang efektif. Pengguna medsos kini lebih memilih untuk mengisi konten dengan foto dan video yang menarik. Karenanya, pengguna medsos harus adaptif terhadap perubahan.
“20 tahun lalu kita ada di era teks. Pada masa sekarang kita berada di era video. Jangan melawan arus. Jadi jika mau buat konten yang viral maka lebih baik membuat konten video yang menarik dan jelas pesannya”, katanya.(*)
Discussion about this post