KAB. BANDUNG (BR.NET).- Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini dalam menghadapi potensi kebencanaan yang bisa terjadi sewaktu-waktu di lingkungan sekitar mengingat musim penghujan telah memasuki Kabupaten Bandung.
“Salah satunya melakukan upaya mitigasi kebencanaan. Mitigasi adalah upaya untuk mengurangi dampak atau risiko bencana. Mitigasi dapat dilakukan sebelum bencana terjadi, saat bencana terjadi, dan setelah bencana terjadi,” ujar Ketua DPRD Kabupaten Bandung Renie Rahayu Fauzi, dalam keterangannya, Selasa (12/11/2024).
Renie menekankan pentingnya melakukan mitigasi dalam upaya meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan kebencanaan. Hal ini mengingat Kabupaten Bandung masuk wilayah rawan bencana.
“Mulai dari rawan bencana banjir genangan, banjir bandang, angin kencang, gerakan atau pergeseran tanah, longsor, selain gempa bumi. Termasuk rawan kebakaran lahan dan hutan. Hal inilah yang harus kita sama-sama waspada, dalam upaya mengurangi dampak atau risiko bencana tersebut,” tuturnya.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa berharap masyarakat bisa memahami potensi kebencanaan tersebut. Misalnya, di saat ada ancaman atau potensi terjadi banjir, sehingga masyarakat bisa memahami apa yang harus segera dilakukan.
“Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menghindari dari titik genangan banjir, apalagi potensi ancaman banjir bandang disaat turun hujan deras. Begitu juga disaat terjadi turun hujan deras, disertai angin kencang, harus berlindung di tempat aman dari terjangan angin kencang,” ucapnya.
Lebih lanjut, Renie mengimbau kepada masyarakat yang ada di kawasan perbukitan, pegunungan atau dataran tinggi, untuk mewaspadai terjadinya pergerakan tanah atau longsor disaat turun hujan deras.
“Potensi terjadinya pergerakan tanah itu, jika sebelumnya sudah terjadi retakan tanah, kemudian terisi oleh air hujan. Retakan tanah di dataran tinggi dengan kemiringan lahan di atas 45 derajat, jika retakan tanah itu sudah terisi air hujan juga berpotensi terjadinya longsor. Makanya, masyarakat yang rumahnya di dataran tinggi atau kawasan perbukitan untuk selalu memantau kondisi lingkungan sekitar,” paparnya.
Renie mengungkap, penyebab retakan tanah di daerah perbukitan itu, bisa juga terjadi karena sebelumnya dilanda gempa bumi. Gempa bumi sangat berpotensi terjadi retakan tanah.
“Inilah pentingnya kita harus waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan dini menghadapi potensi ancaman bencana, khususnya pergerakan tanah dan longsor. Kami juga berharap kepada banyak pihak untuk terus memberikan edukasi dan wawasan kepada masyarakat dalam upaya memberikan pemahaman berkaitan dengan mitigasi kebencanaan,” urainya.
Renie mengharap masyarakat yang ada di wilayahnya masing-masih harus bisa mendeteksi jenis atau potensi ancaman bencana. Tentunya, di setiap wilayah akan berbeda dari potensi kebencanaan tersebut.
“Dengan adanya pemahaman itu supaya masyarakat bisa lebih waspada dalam mengenali potensi kebencanaan di wilayahnya. Dengan harapan masyarakat tetap selamat dan sehat, walaupun berada di daerah rawan bencana,” pungkasnya. (***)
Discussion about this post