Kamis, 9 Oktober, 2025

Padepokan Cahaya Tunggal Bangun Rumah Kayu Cantik dan Paseban Budaya

Sumedang (BR NET).- Inspirasi desain Rumah Kayu yang unik dan cantik, layak ditiru. Seiring perkembangan zaman, hunian bergaya itu dibangun di Perbukitan Desa Margalaksana, Sumedang Selatan, (berjarak 3 Km dari pusat kota) yang dipercaya pemiliknya dapat membawa nuansa hangat serta menyenangkan.

WAJIBDIBACA

Tidak hanya desainnya, penggunaan material kayu untuk sebuah hunian tersebut, khususnya di interior dan eksterior rumah jamak ditemukan. Karena selain berbahan kayu, hunian yang dibangun di areal seluas 300 bata ini mengusung konsep memperkokoh budaya dan kawasan wisata.

Ditemui dilokasi, pemilik rumah kayu, Lia Lolo, kepada bandungraya.net, menjelaskan bahwa dengan perencanaan yang tepat, ia bisa merancang rumah kayu dua lantai dengan tampilan unik dan cantik, meskipun merogoh kocek hampir sentuh angka ratusan juta.

“Saya desain rumah kayu ini dengan konsep bernostalgia seperti layaknya zaman dahulu rumah berbahan baku kerai,” ujar warga Lingkungan Cipeuteuy, Sumedang Selatan, yang bersuamikan orang Belanda tersebut.

Sejatinya, Lia yang merupakan pengusaha sekaligus pemilik Padepokan Cahaya Tunggal, membangun rumah kayu unik berukuran 8×6 ditambah teras 3×12 meter tersebut dengan anggaran dana pribadi.

“Sumber keuangannya murni dana pribadi, dikerjakan oleh tukang berpengalaman yang sehari-hari bekerja di mebeler. Dimana selama 4 bulan telah menghabiskan 24 kubik kayu (perkubik Rp. 2.800.000,-), sehingga dana yang dikeluarkan sekitar 500 juta,” ungkapnya.

Menurutnya, untuk mekanisme bantuan ia juga mendapatkan sokongan dana dari para kerabat suaminya di Belanda. Sehingga bisa membantu merenovasi situs-situs sejarah, diantaranya Situs Rangga Gede, Makom Kabuyutan Cigobang, dan situs Raden Buyut Singawangi di Buahdua.

“Rencananya, kedepan saya akan menyediakan semacam Paseban khusus tempat berkumpul budayawan. Insha Alloh, akan dibangun dalam waktu dekat ini untuk kegiatan Budaya Sumedang yang belum terwadahi. Mohon doanya saja dari semua pihak,” ujarnya.

“Saya sering berziarah ke makam keramat Cipaku situs Tembong Agung (Eyang Prabu Aji Putih, red) dan seperti mendapatkan wangsit Cahaya Tunggal: “Cicingkeun Kukuhkeun, Manteng kanu Maha Suci” sehingga dari sinilah menjadi inspirasi untuk membangun rumah kayu di Margalaksana,” sambung Lia.

Ditambahkan Abah Oman, selaku orang kepercayaan, ia meyakini salah satu keuntungan rumah kayu adalah bisa tahan gempa.

“Alhamdulillah, saya dipercaya oleh bunda Lia untuk mengawasi dan berkoordinasi terkait pembangunan rumahnya. Dan bangunan ini berdiri diatas lahan tanah adat yang sudah bersertifikat dengan kemiringan 40 derajat,” paparnya.

Oman menuturkan, rumah ini diperuntukkan bagi hunian bergaya yang eklusif dengan ketersediaan air dari sumber mata air daerah setempat.

“Lantai satu dibiarkan tanpa sekat, dan pasilitas hanya satu kamar mandi. Sedangkan untuk lantai dua, terdapat ruangan pribadi dan tempat kerja, yang kesemuanya berbahan baku dari kayu,” jelas Oman.

Sementara, terpisah diungkapkan Ayah Rosyidin, sebagai pegiat sosial kemasyarakatan, dirinya meyakini Lia Lolo sangat peka terhadap keinginan warga masyarakat terutama selalu peduli akan situs sejarah.

“Saya apresiasi pembangunan rumah kayu yang terakses jalan bagus ini, begitupun view-nya eksotis kearah kota Sumedang. Apalagi kedepannya, selain peruntukan budayawan juga sangat memungkinkan dalam tataran pariwisatanya,” tukasnya. (Gani)

Berita Selanjutnya

Discussion about this post

KOLOM