Masih dalam acara daring yang sama, anggota Satgas Covid-19 IDI, Erlina Burhan menyadari bahwa kapasitas pemeriksaan WGS Indonesia terkendala pada biaya.
Ia menyebut reagen untuk WGS sangat mahal, bahkan untuk satu spesimen yang diperiksa bisa mencapai Rp4-5 juta. Namun demikian, Erlina juga tetap meminta pemerintah terus berupaya memaksimalkan pemeriksaan WGS di tengah situasi genting seperti ini, sehingga upaya mitigasi atau antisipatif dapat segera dilakukan sebelum efek dari varian menyebar luas.
Ia juga meminta pemerintah sekaligus publik memperbaiki komunikasi publik dan risiko agar tak timbul situasi gaduh.
“Seharusnya ada komunikasi efektif. Sekarang kita lihat komunikasinya tidak efektif, tidak selaras satu sama lain. Berbeda dengan negara lain, mereka konsisten, selaras dan saling mendukung,” kata Erlina.
Sebagaimana diketahui, VoC mulai bermunculan di Indonesia. Provinsi yang mencatat temuan VoC ini adalah Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Dari provinsi itu, yang paling banyak mengidentifikasi VoC adalah Jawa Tengah dengan 76 kasus dengan rincian 75 varian B1617 Delta dan satu kasus B117 Alfa. Semetara di DKI Jakarta ada 48 kasus VoC dengan rincian 24 kasus B117 Alfa, 4 kasus B1351 Beta, dan 20 kasus B1617 Delta.
Dalam hal ini, WHO sebelumnya sudah menetapkan ada empat varian yang masuk dalam kategori VoC, yaitu B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, B1617 dari India dan P1 dari Brasil. Keempat varian ini merupakan jenis yang diwaspadai tingkat penularannya oleh WHO. (Red)
Discussion about this post