Malaysia (BR.NET).- Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, para siswa sudah mendengar para guru bercerita tentang Selat Melaka. Kebesaran sejarah Selat Melaka terus diceritakan oleh para guru sejarah dari SD hingga SMA bahkan perguruan tinggi.
Tentu saja, kebesaran sejarah Selat Melaka beserta berbagai peninggalan sejarahnya, tidak cukup diceritakan di ruang kelas, atau nonton di Youtube. Untuk itulah, 24 orang siswa SMP Prima Cendekia Islami (SMP PCI) Baleendah Kabupaten Bandung, didampingi dua guru pembimbing, Ibu Rizmi Nur Andari, S.Pd., M. Pd., dan ibu Sofhia Nabilah, S.Pd usai melaksanakan agenda di KBRI Singapura, melanjutkan perjalanan rihlah ilmiah menuju Kualalumpur Malaysia dengan melewati kota Johor Bahru dan Kota Melaka.
Kota Melaka merupakan salah satu kawasan bersejarah di Malaysia. Para siswa SMP PCI dapat mengunjungi secara langsung bangunan bersejarah sisa peninggalan Kerajaan Melaka, bangsa Portugis, Inggris, dan Belanda yang berdiri kokoh hingga saat ini.
Kesultanan Melaka adalah kerajaan Islam yang didirikan oleh Parameswara pada tahun 1402 di Melaka dan terletak di dekat Selat Melaka.
Kerajaan ini mencapai puncaknya pada abad ke-15, ketika menguasai jalur pelayaran internasional di Selat Melaka ungkang Bang Naim didampingi Mbak Shakira Nabila dari Travel Segara Tour Bandung yang mendampingi peserta rihlah ilmiah SMP PCI.
Perdagangan Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara karena letaknya yang strategis. Jalur perdagangan ini menghubungkan Timur Tengah, India, Cina, dan Asia Tenggara.
Runtuhnya kerajaan ini terjadi pada tahun 1511 setelah diserang oleh pasukan Portugis yang dipimpin oleh Afonso de Albuquerque.
Dampak runtuhnya kerajaan ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara, ungkap Bang Naim yang juga dikenal dengan panggilan Bang Brewok yang berasal dari Kota Kualalumpur.
Dengan telaten, Bang Naim membawa anak anak SMP PCI ke berbagai peninggalan Portugis di Selat Melaka, antara lain benteng A Famosa yang dibangun pada tahun 1511 oleh Alfonso de Albuquerque. Benteng ini merupakan salah satu sisa arsitektur Eropa paling tua di Asia. Benteng ini menjadi saksi keruntuhan Kerajaan Melaka dan penjajahan Portugis di Melaka. Di kawasan ini, juga terdapat replika kapal Flor De La Mar, kapal layar Portugis yang dikomandoi oleh Alfonso D’alberquerque.
Bang Naim juga menjelaskan kawasan Red Square atau Dutch Square di Melaka, Komplek wisata yang menyuguhkan peninggalan kolonial Belanda, seperti Gereja Kristus, Menara Jam, dan Air Mancur Ratu Victoria. Serta Gedung khas kolonial Belanda, Stadthuys.
Bank Naim juga membawa anak anak naik ke Bukit Melaka dan mengunjungi reruntuhan bangunan yang pada awalnya dijadikan gereja oleh Portugis lalu dijadikan tempat menyimpan senjata oleh Belanda pada saat Belanda menduduki Melaka.
Di bagian dalam gereja dapat ditemukan batu nisan Belanda dan Portugis. Di depan gereja itu terdapat Patung St Francis Xavier. Patung ini dibuat untuk memperingati 400 tahun kunjungan St Francis Xavier ke Melaka, 1545–1552.
Di akhir Rihlah Ilmiah di kawasan bersejarah Selat Melaka, setelah menunaikan shalat dzuhur di mesjid terapung di pinggir laut Selat Melaka yang tidak kalah indahnya dengan mesjid terapung di Laut Merah Kota Jeddah Saudi Arabia, Bang Naim mengajak para siswa mengunjungi “Giant-B Galery Lebah Melaka”. Pusat Proses pembuatan madu asli sekira 30 menit dari kota Melaka. Anak anak SMP PCI selain menyimak proses pembuatan madu dan khasiatnya, juga mencicipi semua jenis madu dengan gratis. ( Awing )
Discussion about this post