SOREANG ( BR).- Berdasarkan hasil RAAB (Rapid Assesment of Avoidable Blindes), sebagai standar pengumpulan data kebutaan dan gangguan penglihatan yang direkomendasikan WHO, di Jawa Barat menunjukan prevalensi kebutaan 2,8% dan lebih dari 70% diantaranya akibat katarak yang tidak tertangani.
Diutarakan Susy Soenarjo, anggota pengurus Bidang Kemitraan, Komite Mata Nasional menjelaskan, di Kabupaten Bandung, data RAAB tahun 2018 mencatat sekitar 20.160 kasus penumpukan penyakit katarak yang tidak tertangani. Berdasarkan estimasi tersebut, diperlukan setidaknya 1.500 operasi katarak setiap tahunnya.
Dari kasus tersebut jelas Susi, selain potensi bertambahnya jumlah penduduk di Kabuaten Bandung, katarak yang biasa terjadi pada usia 50 tahun dan kelainan refraksi dan flow vision yang menjadi penyebab gangguan penglihatan lainnya, menjadi dasar terbentuknya Komatda sebagai wadah kerjasama lintas sektor dalam menekan prevalensinya di Kabupaten Bandung.
“Komatda ini badan independen yang terdiri dari unsur lintas sektor, seperti organisasi penyandang disabilitas, organisasi profesi dan unsur masyarakat lainnya. Kita bersama-sama mendukung Pemkab dalam upaya menurunkan prevalensi gangguan penglihatan, yang saat ini kasusnya terus meningkat,” jelas Susi.
Rencananya, selain Komatda kabupaten Bandung sebagai yang pertama terbentuk, ke depan rencananya Komatnas akan membentuk Komatda di 15 Provinsi di Indonesia. “Rencananya di kab/kota dan di tk provinsi akan dibentuk Komatda, khususnya di 15 provinsi yang sudah melaksanakan RAAB,” ujarnya.
Ketidakadaan data mutakhir tentang gangguan penglihatan dan kebutaan tambahnya, menyebabkan upaya yang dilakukan tidak sesuai sasaran. Oleh karena itu, pada tahun 2014 – 2016, dilakukan RAAB untuk mengetahui besarnya permasalahan gangguan penglihatan dan kebutaan yang dapat dicegah di suatu daerah. Pada kurun waktu ini, dilakukan RAAB di 15 provinsi di Indonesia. Jumlah penduduk di 15 provinsi ini mewakili 75% total populasi Indonesia.
“Hasil RAAB di 15 provinsi ini secara statistik mencerminkan keadaan prevalensi gangguan penglihatan secara nasional, yaitu 3%. Sekitar 70% di antaranya adalah kebutaan akibat katarak yang tidak ditangani (untreated cataract). Ini merupakan angka kebutaan tertinggi di Asia Tenggara. Faktanya, 80% gangguan penglihatan sebenarnya dapat dihindari dan ditangani.
Hasil RAAB di Jawa Barat lanjut Susi, menunjukkan prevalensi kebutaan 2,8%, dimana lebih dari 70% di antaranya adalah akibat katarak yang tidak ditangani. Dari angka ini, 10% (hampir 1 juta kasus) dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan ada dalam kondisi memerlukan penanganan segera dan menyeluruh untuk mencegah penderita tidak mengalami kebutaan total.
“Kehadiran Komatda ini akan menjadi kepanjangan tangan dari tugas dan fungsi Komatnas, yang tentu saja akan mendukung program pemerintah daerahnya. Saya juga apresiasi kepada Pak Bupati, karena sangat berkomitmen dalam hal kesehatan masyarakatnya, semoga sinergitas ini terus terjalin dengan baik,” imbuh Susi. (BR. 01)
Discussion about this post