Bandungraya.net – Bandung | Sejumlah pengusaha ramai-ramai menjual hotel di Kota Bandung. Kondisi itu terjadi diduga akibat tekanan ekonomi selama pandemi Covid-19 yang hampir satu tahun melanda.
Hotel yang dijual tak hanya dari kelas melati, tetapi juga hotel berbintang yang sudah cukup dikenal wisatawan.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muhtar mengakui, tidak sedikit pengusaha yang memilih menjual hotel lantaran tingginya biaya operasional. Mereka menjual hotel mayoritas karena sudah tidak kuat lagi dengan kondisi saat ini.
“Mungkin karena sudah sangat tertekan sejak pademi mulai terjadi tahun lalu. Mereka enggak kuat lagi membayar biaya operasional atau tanggungan terhadap perbankan. Jadi gak ada cara lain,” kata Herman, Selasa (16/2/2021) dilansir sindonews.com.
Tidak sedikit pengusaha yang menawarkan hotelnya di situs jual beli online. Bahkan, banyak pengusaha yang sebenarnya menjual secara diam-diam. Herman memprediksi, jumlahnya jauh lebih banyak.
Menurut Herman, harga jual hotel yang ditawarkan pengusaha juga tergolong lebih murah dari harga rata-rata. Walaupun begitu, tidak mudah menjual hotel seharga puluhan hingga ratusan miliar, saat kondisi pandemi seperti ini.
Kendati begitu, fenomena menjual hotel tak hanya terjadi di Bandung saja. Beberapa daerah di Jabar atau tempat wisata juga melakukan hal serupa. Seperti di Bali, Yogyakarta, Jakarta, dan lainnya.
“Ini hampir terjadi di beberapa daerah. Karena okupansi memang masih sangat rendah. Sementara biaya operasional tetap tinggi dan belum ada kepastian sampai kapan pandemi berakhir,” jelas Herman
Menanggapi kondisi itu, Kepala Disbudpar Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari mengakui, memang ada sebagian hotel non bintang yang tutup terimbas pandemi Covid-19.
“Sampai saat ini kami, pemerintah, belum mendapatkan laporan resmi dari pemilik perihal hotel bangkrut sebagai dampak dari pandemi Covid-19,” ujar Kenny.
Menurut Kenny, sebagai upaya bertahan dalam masa sulit seperti sekarang, berdasarkan pantauan lapangan, mayoritas hotel tetap berjalan dengan sistem penghematan.
Upaya penghematan tersebut seperti dengan merumahkan sebagian karyawan perhotelan dan pemberlakuan shift kerja karyawan. Pandemi yang masih terjadi, sambung Kenny, memang sangat menyulitkan dan berdampak pada sektor perekonomian, termasuk pariwisata dan perhotelan.
Okupansi hotel di Bandung pun masih belum menggeliat, masih pada kisaran 15 hingga 20 persen. Namun demikian, Kenny mengaku, Pemkot Bandung tak tinggal diam dengan berupaya membantu agar roda perekonomian bisa tetap berjalan.
Salah satunya dengan memberikan relaksasi ekonomi melalui Perwal Nomor 4 Tahun 2021. Relaksasi tersebut ialah okupansi hotel ditambah menjadi 50 persen, yang sebelumnya hanya 30 persen. “Juga ada bantuan dana hibah dari pemerintah pusat,” ucapnya. (Red)
Discussion about this post