Soreang. (BR)- Pasangan calon bupati dan wakil bupati Bandung Kurnia Agustina-Usman Sayogi (NU Pasti Sabilulungan) mendapat nomor urut 1 di acara pengundian nomor urut yang diselenggarakan KPU Kabupaten Bandung di Sutan Raja Hotel, Soreang, Kabupaten Bandung, Kamis 24 September 2020.
Teh Nia, sapaan akrab Kurnia Agustina dan Kang Usman mengatakan sangat bersyukur bisa mendapat nomor urut 1. Saat diwawancara wartawan, keduanya sepakat jika angka 1 memiliki makna yang luar biasa. Anggapan mereka, 1 adalah angka baik, melambangkan ketauhidan, dan tentunya selaras dengan visi dan misi mereka untuk menjadikan Kabupaten Bandung unggul dalam segala bidang.
Teh Nia bahkan sempat menyinggung pelabelan nomor urut NU Pasti Sabilulungan dengan acungan jempol. Tak jelas mengapa dirinya mengatakan itu. Namun, di waktu yang berbeda, Teh Nia akhirnya mengungkap mengapa ia memilih menggunakan pelabelan NU Pasti Sabilulungan dengan acungan jempol, bukan memilih acungan telunjuk yang umum digunakan untuk menunjukkan angka 1 atau yang pertama.
“Sebetulnya banyak masukan. Tapi semisal untuk hal-hal yang positif atau keunggulan pasti tandanya bukan telunjuk, melainkan jempol. Jempol itu, kan, ibunya jari-jari. Jadi secara sepontan sudah refleks ketika ingin menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, tandanya harus jempol,” kata Nia seusai melakukan roadshow di sejumlah kantor redaksi media cetak dan online, di Kota Bandung, Jumat 25 September 2020, ucap Teh Nia dan Kang Usman yang Serempak mengacungkan Jempolnya.
Teh Nia juga mengungkap makna pemilihan kalimat slogan NU Pasti Sabilulungan. Menurut dia, slogan itu dibuat berdasarka dari niat dirinya dan Kang Usman maju di kontestasi Pilbup Bandung 2020.
Menurut Teh Nia didampingi Kang Usman, slogan NU Pasti Sabilulungan memiliki makna meluruskan niat atas kehendak masyarakat untuk melanjutkan pengabdian untuk memajukan Kabupaten Bandung dengan semangat sabilulungan. Sabilulungan sendiri adalah istilah kearifan lokal masyarakat Sunda yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia memiliki makna seia-sekata, seayun-selangkah, sepengertian-sepemahaman, senasib-sepenanggungan, dan bertumpu pada silih asih dan silih asuh.
“Slogan ini berangkat dari niatan kami berdua untuk melanjutkan pengabdian bagi masyarakat Kabupaten Bandung. Tentu niatan kami juga mendapat dukungan dan doa dari orang-orang yang tersayang juga sejumlah masyarakat Kabupaten Bandung,”pungkasnya. (red**)
Discussion about this post