Bogor (BR).– Dimanapun penyelenggaraan event, baik regional, nasional maupun internasional selalu diwarnai dengan riak protes bahkan gejolak penyelenggaraan.
Beragam protes yang umumnya datang dari atlet dan ofisial, selalu mewarnai penyelenggaraan. Kalau sifatnya sebatas riak mungkin bisa dengan mudah diatasi . Tapi ketika gejolak mulai timbul biasanya urusannya jadi memanjang. Untuk mengatasinya tentu butuh keseriusan dan tindakan yang tidak pandang bulu. Itu pula yang dikatakan sekretaris umum NPCi Jabar Supriatna Gumilar saat ditanya ihwal penyelenggaraan Pekan Paralympic Daerah (Peparda) V yang kini sedang dihelat di Kabupaten Bogor.
“Layaknya sebuah event besar atau kecil pasti terselip satu kekurangan. Itu pula yang terjadi di Peparda tahun ini. Saya menilai tidak ada gejolak namun baru sebatas riak. Karena itulah semua riak itu bisa diatasi dengan komunikasi yang bersifat persuasif. Protes yang sifatnya resmi tentu kami layani. Tentu protes itu harus mengacu pada aturan dan standarisasi yang sudah tertuang di Peparda,” ujar Supriatna panjang lebar.
Bagi Supriatna protes itu perlu untuk bahan evaluasi sekaligus bahan pembelajaran tentang sejauh mana kualitas penyelenggaraan Peparda itu sendiri. ” Kita sulit juga kalau semuanya berjalan mulus. Harus ada riak supaya kita bisa berkaca pada kekurangan. Setelah itu ada evaluasi dan perbaikan,” ujarnya.
Disinggung soal penginapan atlet yang sempat beredar rumor terlantar dan sulit mencari penginapan, Supriatna menepisnya. Menurutnya semua atlet dari berbagai daerah sudah terakomodasi. “Tidak atlet yang terlantar . Semua sudah terakomodasi,” tegasnya.
Akhirnya Supriatna berharap penyelenggaraan Peparda V bisa berjalan lancar dan sukses. Sukses prestasi dan sukses pembinaan. (BR.06)
Discussion about this post