SOREANG. (BR).- Dalam Al-Qur’an banyak sekali diulang ucapan kasih-sayang, yaitu kasih sayang Allah sebagai Kholiq terhadap seluruh materi di alam ini sebagai mahluk.
Betapa hebat tak terhingga makna kasih-sayang yang tidak mengharap balasan, seperti dalam syair lagu anak-anak kasih ibu bagaikan sang surya menyinari bumi, tak mengharap Kembali.
Kasih ibu itu salah satu contoh kasih-saying yang diturunkan oleh Allah. Contoh lain adalah kuda betina yang melahirkan anaknya, ia sangat berhati-hati agar tidak menginjak anaknya, hal tersebut disampaikan salah seorang Pakar Pendidikan Kab. Bandung Prof. Dr. H. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd, pada Bandungraya.net Sabtu 11 Juni 2022
Menurut Prof. Toto, Yang bisa kita contoh karena diabadikan dalam catatan adalah Prilaku Rosulullah, Beliau diutus hanya semata-mata sebagai Rahmatan lil Alamin, kasih sayangnya tanpa batas dan tanpa pamrih bukan hanya kepada sesame manusia, tetapi juga kepada seluruh yang ada di alam semesta, Ujar Toto.
” Banyak yang mengidentikan kasih sayang dengan cinta, sebenarnya berbeda karena cinta konotasinya memiliki “.
Diutarakan Prof. Toto Sutarto, Semua orang punya rasa cinta, pengendalinya adalah kekuatan memori yang dibangunnya. Berbagai cinta terbentuk tergantung pada individu yang membentuknya. Ada orang yang cinta barang (termasuk di dalamnya perhiasan), ada yang cinta hewan peliharaan, ada yang cinta jabatan, ada yang cinta keturunan, ada yang cinta pasangan hidupnya, semua itu disebut cinta dunia tidak terkecuali cinta dunia yang lain yang tidak tersebutkan, Terang Dia.
” Ada juga cinta akherat, yaitu cinta yang dikendalikan oleh pola di dalam memori yang menjelaskan bahwa kehidupan kedua kelak di akherat lebih penting, karena tidak akan berujung seperti kehidupan di dunia,”.
Lebih Jauh Pakar Pendidikan ini menuturkan, Semua cinta itu dibangun di dalam memori, apabila sudah terbentuk akan permanen dan tidak bisa dihilangkan. Cinta menuntut pemiliknya memelihara, mengembangkan dan mempertahankan, sehingga semakin lama cinta semakin kuat ada di dalam memori, Paparnya.
Dikatakakannya, bahwa tidak ada seorangpun yang sanggup berpisah dengan cinta sesuai dengan kuat dan kualitas cinta yang terbentuk. Ada yang tidak sanggup melanjutkan kehidupan karena ditinggal oleh yang dicintanya, Ungkap Dia.
” Akibat tidak sanggup ditinggalkan yang dicintanya, maka akan muncul kelainan-kelainan prilaku seperti; stress, prustasi, minder, emosi, marah, dendam, benci, cemburu dan semua yang semisalnya. Kelainan prilaku ini adalah sakit yang hanya diketahui oleh dirinya dan sangat mengganggu eksistensi dirinya sehingga butuh upaya meminimalisirnya,” Ulasnya.
Menurut Prof. Toto Sutarto, Persoalannya sekarang bagaimana meminimalisir akibat kehilangan cinta, sering orang berusaha mencari obat sakit cinta dengan mendengarkan nasehat pemuka agama atau orang yang dipercaya ucapannya, Langkah ini sudah benar karena setidaknya ada upaya untuk ke luar dari penderitaan, tinggal kepada siapa harus meminta nasehat.
” Langkah berikutnya adalah memahami bahwa sakit tersebut tidak akan hilang karena tersimpan di dalam memori dengan baik, kuat dan permanen sesuai dengan proses pembentukannya. Kemudian, harus membangun cinta lain yang kualitasnya lebih kuat dan lebih baik dari cinta yang pergi, sehingga bisa menenggelamkan cinta yang sudah pergi, meskipun cinta yang tenggelam tersebut setiap saat akan muncul apabila ada stimulus yang kuat”imbuh Dia.
Cinta baru yang harus dibangun bisa dalam bentuk keindahan, kenyamanan, keteduhan dan yang paling penting punya nilai yang bisa dibawa di dunia dan akherat. Cinta ini selain bisa meminimalisir rasa sakit juga akan menjadi cinta yang bisa melindungi dan meluruskan cinta-cinta lain di dalam memori, Kata Prof. Toto.
Di dalam memori banyak cinta, satu sama lain saling berasimilasi membentuk cinta-cinta lain yang lebih besar dengan tidak bisa menghapus cinta yang membangunnya. Betapa pentingnya kita membangun cinta dengan baik dan benar, agar kelak tidak terlalu sakit saat cinta itu pergi bahkan menyadarinya bahwa setiap saat cinta bisa pergi, Ulas Toto.
Pertanyaanya, Apakah harus berusaha melupakan cinta yang pergi? (lupa berbeda dengan hilang atau berubah) jawabannya tidak, yang baik adalah cinta yang pergi dipelihara tetap ada dengan syarat kita terus memahami perginya cinta tersebut mengapa dia harus pergi.
Pada saat seperti ini kita harus sampai pada Allah yang maha Pengasih dan Penyayang, bahwa Allah punya rencana besar dalam membawa pergi yang kita cintai. Allah tidak pernah membenci mahluknya karena Allah tidak mengharapkan apapun dari mahluknya. Sebaliknya Allah akan mengganti cinta yang pergi dengan cinta lain yang lebih besar yang tidak kita ketahui bahkan kita tidak mengerti. Di situ Allah melatih kita bersyukur. Silahkan mulai sekarang kita bangun cinta-cinta yang benar, baik, indah dan nyaman, juga belajar membangun kasih saying, karena kasih saying akan dibalas oleh Allah dengan kasih sayang yang dahsyat, Pungkas Prof. Dr. H. Toto Sutarto Gani Utari M. Pd ( *** )
Discussion about this post