Bandung (BR) Pengamat politik sekaligus Pakar kebijakan publik Universitas Padjadjaran H. Asep Sumaryana berpendapat bahwa saat ini Gerakan Genre tengah berlangsung dan menggeliat, dimana pengaruh kaum hawa semakin menggeliat dan kalau dilihat di NKRI ini bahwa jumlah penduduk indonesia itu sekitar 51persen perempun, namun angka di BPS lain penduduk indonesia dari kaum hawa sekitar 49 persenan, hal itu disampaikannya melalui hubungan celuler pada bandungraya. net Jum’at (05/06).
Menurut H. Asep Sumaryana mengatakan bahwa Saat ini kaum pria dan kaum perempuan itu saat ini merupakan sebuah kekuatan yang sedang dikonprontasikan, dimana disaat kepemimpinan perempuan itu sedang menggeliat muncul argumentasi yang dikaitkan dengan berbagai sektor baik keagamaan maupun lainnya.
“Namun kita semua sudah dapat melihat sendiri kepemimpinan perempuan baik diperguruan tinggi maupun di Pemerintahan daerah, seperti di UNPAD, ITB, dan di pemerintah seperti Banjar, kuningan, dan cimahi juga pernah dipimpinan oleh seorang perempuan “.
Diutarakan Asep Sumaryana, Untuk di kab. Bandung dengan munculnya Hj. Nia sebagai Balon Bupati dari Partai Golkar, mungkin ini dapat dilihat disaat kepemimpinan Dadang Naser bagaimana Ia dalam mendampingi suaminya dalam memimpin kab. Bandung.
Apakah dirinya memiliki kompetensi baik Teknis, kompetensi etika ( Tata Krama), dan yang tidak kalah pentingnya yang ketiga yaitu Kompetensi Leadersheep ” Saurna digugu sabdana di ikuti banyak orang dan bukan karena status dirinya “.
” Masyarakat Kabupaten Bandung dapat menilai sendiri, apakah Hj. Nia memilik tiga kompetensi tersebut diatas, dan apakah tiga kompentensi tersebut benar benar dimilikinya karena kadang kadang seseorang memiliki gelar tapi tidak memiliki kemampuan, jika tiga hal tersebut dimilikinya berarti ia memiliki peluang dan berkesempatan yang patut diandalkan untuk melangkah lebih jauh “.
Disinggung tentang kader partai lain yang menyoroti kader diluar partai politiknya Pakar Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran ini menuturkan bahwa itu maknanya bisa bermacam macam.
Pertama Kader yang disoroti merupakan kader terberat sebagai lawan / pesaing, dan yang kedua sebetulnya bahwa partai lain tersebut bisa memiliki keinginan untuk berapeliasi dengan kader partai yang disorotinya, namun bila partai partai yang disoroti memiliki masyarakat banyak itu merupakan hal yang wajar, karena masyarakat sendiri berkeinginan memiliki pemimpin yang Kapabel, Pungkas Asep. (BR. 01)
Discussion about this post