Lebih lanjut Dadang mengatakan, dengan kerja keras Nenek Eti yang sudah lansia itu bisa menjadi inspirasi bagi para pemuda untuk berproduktif. “Para pemuda jangan malas-malasan dan jangan banyak berdiam diri di rumah. Ayo berproduktif, dan Nenek Eti bisa menjadi inspirasi untuk meningkatkan ekonomi dalam pengembangan pertanian,” katanya.
“Pemerintah akan hadir di tengah-tengah para petani. Disaat para petani mengalami kerugian, pemerintah akan memberikan subsidi,” lanjutnya.
Disinggung tentang ATM Kartu Tani Bedas, Bupati Bandung mengungkapkan akan dibicarakan dulu dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung H. A Tisna Umaran, Kepala Bappeda Kabupaten Bandung Cakra Amiyana untuk membahas regulasinya.
“Supaya tidak salah,” ungkapnya.
Kendati demikian, Bupati Bandung yang hadir di tengah-tengah para petani itu turut mengapresiasi semangat Nenek Eti karena menjadi inspirasi bagi para pemuda dan pemudi di Kabupaten Bandung, khususnya dalam pengembangan kopi wanoja.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada sejumlah pihak atas peran serta Dinas Pertanian, Bank Indonesia, Bank BJB, dan para pelaku UMKM.
Kang DS sapaan akrab Bupati Bandung menyebutkan potensi pertanian di Kabupaten Bandung mencapai 31 hektare. Sementara di lapangan belum seluruhnya potensi pertanian itu tergali.
“Kita sudah mapping dan MoU dengan PT Pupuk Kujang dan PT. Pupuk Indonesia Pangan, untuk mengantisipasi keluhan petani. Mulai dari kekurangan pupuk maupun kebutuhan pupuk di masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung. Dengan harapan kedepannya tidak ada lagi petani yang mengeluhkan kekurangan pupuk,” ungkapnya.
Kang DS pun menyatakan bahwa pihaknya akan tetap konsisten untuk membantu para petani.
“Ketika panen raya harga turun, pemerintah harus hadir dan akan memberikan subsidi,” katanya.
Menurutnya, bentuk perhatian yang harus menjadi prioritas pemerintah itu supaya para petani tak trauma. “Disaat petani pinjam ke bank, disaat panen tak bisa bayar. Jangan sampai terjadi seperti itu,” ungkapnya.
Di tempat sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung H. A Tisna Umaran menyatakan, bahwa pengembangan kopi yang dikelola Kelompok Tani Wanoja itu sebagai konsep pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Ketika program itu digulirkan pemerintah dan masyarakat mendapatkan keuntungan, mereka akan terus mengikuti pertanian kopi.
“Bibit kopi yang ditanam pun harus bersertifikat,” katanya. (BR-07)
Discussion about this post